KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembayaran dividen saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali terjadwal. Disisi lain, harga saham blue chip ini sedang tren naik tinggi. Apakah saham blue chip ini layak dikoleksi? Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman lama di lantai bursa. Selain itu, saham blue chip selalu memiliki fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Di BEI, saham blue chip identik dengan saham di indeks mayor seperti LQ45. Terbaru, salah satu anggota LQ45 yang akan bayar dividen saham adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Mnajemen PGAS mengumumkan akan membayar dividen sebesar US$ 222,43 Juta dari buku tahun 2023. Hal tersebut disetujui para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2023 (RUPST), Kamis (30/5). Asal tahu saja, PGAS mencatatkan laba US$ 278,09 juta di tahun 2023, turun 14,75% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 326,23 juta. Dalam agenda Penetapan Penggunaan Laba Bersih Tahun Buku 2023, pemegang saham memutuskan pembagian dividen sebesar US$ 222,43 juta. “Kemudian sebesar US$ 55,62 juta akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk kegiatan pengembangan bisnis,” ujar Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, dalam keterangan resmi, Kamis (30/5). Pembayaran dividen saham PGAS ini berlangsung kala harga saham sedang meningkat. Pada perdagangan Kamis 30 Mei 2024, harga saham PGAS ditutup di level 1.635, naik 25 poin atau 1,55%. Sejak awal tahun 2024, harga saham PGAS dalam tren meningkat dengan akumulasi kenaikan sebesar 495 poin atau 43,42%.
Tak heran, sejumlah analis rekomendasi beli saham PGAS. Salah satu rekomendasi itu disampaikan CGS International Sekuritas. Tim Analis CGS International Sekuritas pun merekomendasikan
add untuk PGAS dengan target harga Rp 1.800 per saham. Pengamat pasar modal &
founder WH-Project William Hartanto pun merekomendasi beli untuk PGAS dengan target harga Rp 1.640 - Rp 1.720 per saham dan batas
stop loss di Rp 1.560 per saham. Menurut William, pergerakan saham PGAS tengah pada masa
uptrend dengan level
support Rp 1.560 per saham serta
resistance Rp 1.640 per saham dan Rp 1.720 per saham. “Ada dua
resistance, karena saat ini pergerakan saham PGAS sudah mendekati level
resistance pertama,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (30/5).
Baca Juga: IHSG Diprediksi Akan Turun Hingga Sebulan ke Depan, Ada Peluang Beli Saham Blue Chip Analis CGS International Sekuritas Bob Setiadi dan Rut Yesika Simak menganalisa, kinerja PGAS akan tumbuh baik tahun 2024 ini. Dalam
analyst call kuartal I 2024 tanggal 17 Mei 2024, manajemen PGAS menaikkan panduan untuk
spread distribusi gas pada tahun 2024 dari US$ 1,4 - US$ 1,7 per mmbtu menjadi US$ 1,6- US$ 1.8 per mmbtu. PGAS mengatakan, saat ini terdapat ketidakseimbangan antara
supply-demand dalam distribusi gas, di mana terdapat
oversupply di Jawa Timur dan terdapat
undersupply di Jawa Barat. Menanggapi hal tersebut, PGAS telah secara aktif mencari
supply tambahan dari blok-blok non-Coridor, serta memanfaatkan LNG melalui unit regasifikasi terapung (
floating storage regasification unit/FSRU) di Lampung mulai Mei 2024. Tim Analis CGS International Sekuritas melihat, situasi
undersupply yang sedang berlangsung di Jawa Barat akan terus berlanjut hingga selesainya
pipeline gas Cirebon-Semarang yang dijadwalkan pada tahun 2025 atau eksplorasi yang sukses di blok Corridor. “Kedua hal tersebut akan berdampak negatif terhadap volume distribusi gas PGAS, oleh karena itu kami menurunkan proyeksi volume kami sebesar 3% - 6% pada 2024 - 2026,” tuturnya.
Namun demikian, penurunan volume itu diperkirakan akan diimbangi oleh kenaikan
spread distribusi gas, yang dapat mencapai US$ 1,8 - US$ 2 per mmbtu pada 2024-2026.
“Secara keseluruhan, EBITDA PGAS tahun 2024-2026 diperkirakan naik sebesar 5%-9% dan laba bersih bisa naik sebesar 9%-21%,” ungkapnya.
Itulah rekomendasi saham blue chip PGAS untuk perdagangan hari ini, Jumat 31 Mei 2024. Ingat, segala keputusan membeli dan menjual saham menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto