Harga Saham Blue Chip Ini Turun 9% Sebulan, Saatnya Masuk atau Tahan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini dalam tren merosot. Sebulan terakhir, harga saham blue chip tersebut turun sekitar 9%. Apakah penurunan harga saham blue chip ini menjadi momentum tepat untuk masuk berinvestasi?

Saham blue chip adalah saham lapis satu dan telah berpengalaman lama di lantai bursa. Biasanya, saham blue chip memiliki kapitalisasi pasar besar dan fundamental kuat.

Di BEI, saham blue chip biasanya berasal dari saham di indeks mayor seperti LQ45. Salah satu saham LQ45 yang dalam tren turun harga adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).


Pada perdagangan Rabu 24 Juli 2024, harga saham UNVR ditutup di level 2.720, tergerus 10 poin atau 0,37% dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak perdagangan 5 hari terakhir, harga saham UNVR terakumulasi melemah 150 poin atau 5,23%.

Sedangkan dalam sebulan terakhir, saham blue chip sektor konsumer ini terakumulasi merosot 290 poin atau 9,63%.

 
UNVR Chart by TradingView

Saat harga saham turun, manajemen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan pendapatan dan laba bersih turun di semester I 2024. Pendapatan UNVR di paruh pertama 2024 turun sebesar 6,16% menjadi Rp 19,04 triliun. Sedangkan laba bersih Unilever turun 10,54% menjadi Rp 2,46 triliun. 

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap menjelaskan, pada paruh pertama 2024 ini UNVR menangani beberapa tantangan jangka pendek. Meski begitu, UNVR juga terus mencatatkan kemajuan di bagian-bagian yang penting bagi masa depan.

"Kami tetap teguh pada upaya untuk membangun bisnis dengan cara memperkuat fundamental, mengutamakan peningkatan daya saing brand kami, serta mendorong efisiensi biaya untuk mendongkrak profitabilitas," kata dia pada wawancara virtual, Rabu (24/7).

Baca Juga: Jokowi Akan Umumkan Kenaikan Gaji ASN 2025, Berapa Gaji PNS, TNI & Polisi Tahun 2024?

Benjie menambahkan, hingga saat ini aksi boikot masih mempengaruhi kinerja UNVR. Meski begitu, dampak dari aksi boikot ini sudah jauh lebih landai jika dibandingkan pada bulan November 2023 hingga Desember 2023.

"Kami tetap mencoba menjangkau konsumen lebih dalam, berbagai upaya juga telah kami lakukan dan saat ini kami merasa sudah jauh lebih baik," ujarnya.

Secara bersamaan, UNVR juga menjalankan program transformasi untuk mempertajam fokus dan mendorong pertumbuhan melalui organisasi yang lebih ramping dan akuntabel. 

"Kami percaya bahwa berbekal pengalaman, potensi masa depan, dan talenta terdepan, kami akan bangkit kembali, terus bertumbuh dan melaju bersama Indonesia," ungkapnya. 

Baca Juga: Nomor 1 Bukan UGM atau ITB, Ini 20 Universitas Terbaik Indonesia 2024

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta berpendapat, pendapatan UNVR masih relatif bagus meski menurun. Nafan juga melihat masih ada harapan untuk UNVR bisa tumbuh.

"Untuk prospeknya diperkirakan masih bisa tumbuh seiring adanya sentimen positif dari harapan pelonggaran kebijakan moneter," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).

Nafan mengatakan, adanya kelonggaran kebijakan moneter akan meningkatkan daya beli masyarakat. Di sisi lain Nafan melihat UNVR juga sudah terus berupaya untuk berinovasi dalam mengembangkan bisnisnya.

"Mungkin yang masih menjadi sentimen negatifnya itu masih adanya aksi boikot yang mempengaruhi kinerja UNVR karena diduga adanya keterkaitan dengan Israel," ucapnya. 

Nafan merekomendasikan untuk hold pada saham UNVR dengan target harga Rp 2.750 per saham. 

Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Bangkit Pasca Ke Titik Terendah, Pilih Beli, Jual / Tahan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto