KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan pelemahan hingga perdagangan Kamis 13 Juni 2024. Saat saham blue chip terus melemah, analis melihat saham-saham lapis dua dan tiga layak dikoleksi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di area 6.831,56 usai ditutup melemah 0,27% pada perdagangan Kamis (13/6). Pelemahan IHSG lantaran banyak saham blue chip yang melemah. Pelemahan harga saham blue chip terlihat dari performa indeks saham blue chip seperti LQ45 dan IDX30 yang masih tertekan.
Sementara itu, IDX SMC Composite dan IDX SMC Liquid mampu mendaki, yang masing-masing naik 0,20% dan 0,37%. Pada waktu yang sama, indeks saham papan akselerasi menguat 3,05%.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus mengamati dalam goncangan pasar saat ini saham blue chip maupun saham lapis kedua dan ketiga tetap rawan tekanan. Hanya saja, pergerakan saham lapis kedua dan ketiga cenderung lebih stabil ketimbang saham blue chip. Alasannya, saham blue chip lebih rentan terpapar tekanan dari posisi capital outflow investor asing. "Karena partisipasi investor asing di saham lapis kedua dan ketiga tidak besar dibandingkan dengan saham blue chip," ungkap Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (13/6). Baca Juga: Walaupun Bukan Blue Chip, Saham Properti Ini Diprediksi Punya Prospek Cerah Di 2024 Adapun, selain identik dengan konstituen dari indeks SMC Liquid dan SMC Composite, saham lapis kedua dan ketiga sering dikategorikan dari sisi kapitalisasi pasar (market cap). Saham lapis kedua atau middle cap umumnya memiliki market cap antara Rp 500 miliar - Rp 10 triliun. Sementara saham lapis ketiga (small cap) di bawah Rp 500 miliar. Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla menambahkan, ketika saham blue chip mengalami tekanan jual cukup tinggi, saham lapis kedua dan ketiga akan menunjukkan potensi sebagai alternatif yang menarik bagi investor. "Saham lapis kedua dan ketiga memiliki harga yang cenderung lebih terjangkau sehingga diminati di tengah pelemahan IHSG," ungkap Thoriq.
Namun, dia mengingatkan agar pelaku pasar harus tetap selektif dengan mempertimbangkan sejumlah faktor. Terutama dari sisi likuiditas, dan secara teknikal memilah saham-saham yang tren kenaikan harganya konsisten. "Perlu diwaspadai juga volatilitas yang cukup tinggi," imbuh Thoriq.