KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham BUMI, ENRG, ADMR, SMDR hingga perdagangan Senin 12 September 2022 terus melanjutkan tren kenaikan. Untuk perdagangan hari ini, apakah saham BUMI, ENRG, ADMR, SMDR masih layak diakumulasi atau dijual? Saham BUMI, ENRG, ADMR, SMDR termasuk kelompok saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kenaikan harga tinggi pada tahun 2022 ini. Harga saham ADMR dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk ditutup di level 1.705 naik 25 poin atau 1,49%. Sejak tercatat di BEI 3 Januari 2022, harga saham ADMR sudah meroket 1.605%.
Harga saham BUMI milik PT Bumi Resource pada perdagangan Senin 13 September 2022 ditutup di level 210 naik 18 poin atau 9,38% dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak awal tahun, harga saham BUMI membara 213,43% ke posisi Rp 210. Masih dari Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG) melesat 188,24% secara
year to date ke harga Rp 294. Pada perdagangan Senin 12 September 2022, harga saham ENRG ditutup di level 294 naik 10 poin atua 3,52%.
Baca Juga: Enam Investor Menukar Obligasi Jadi Saham BUMI, OWK Bumi Resources Tinggal Rp 2,2 T Di sektor lain, ada PT Samudera Indonesia Tbk (
SMDR) dengan kenaikan 151,26% ke harga Rp 2.500. Lalu PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (
BIPI) lepas dari status "saham gocap" setelah harganya melejit 254% secara
year to date (YTD) ke posisi Rp 177 pada Senin 12 September 2022. Contoh lainnya ada PT Lautan Luas Tbk (
LTLS) dengan kenaikan 113,99%, PT OBM Drilchem Tbk (
OBMD) yang melesat 136,51%, dan PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (
LUCY) yang secara
year to date melesat 232,14%. Kemudian, PT Rukun Raharja Tbk (
RAJA) menembus
all time high dengan lonjakan harga saham 556,59% sejak awal tahun 2022. Di sisi lain, meski tidak melesat secara signifikan, PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) juga mampu menyentuh level tertingginya. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai lonjakan harga sederet emiten tersebut terbilang wajar. Story yang positif menjadi katalis untuk sejumlah sektor, seperti harga komoditas terutama batubara, hingga melesatnya aktivitas pelayaran & logistik.
Baca Juga: IHSG Menguat, Intip Rekomendasi Saham INCO, ANTM, dan TAPG dari Ajaib Sekuritas "Pastinya didorong juga dengan perbaikan kinerja emiten tersebut. Ketika kinerja emiten membaik, terlebih secara signifikan, hal ini akan membuat valuasinya menjadi murah," kata Azis saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (12/9). Hal senada disampaikan oleh Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana. Dia menyoroti lonjakan harga saham batubara hingga ratusan persen sejalan dengan pendapatan dan laba yang juga naik signifikan di level triple digit. Meski, secara historis, perlu diingat ketika momentum
commodity supercycle sudah redup, harga saham berbasis komoditas juga akan berguguran. Oleh sebab itu, investor mesti memiliki
exit strategy yang jelas dalam mengantisipasi risiko tersebut. Hanya saja, menimbang kondisi saat ini, dimana permintaan batubara masih tinggi memasuki musim dingin di Eropa, Wawan menaksir kinerja apik emiten batubara akan berlanjut hingga tahun depan. "Batubara masih seksi, dengan harga stabil di level US$ 400-an per ton, maka secara laporan keuangan akan lebih baik lagi, ini yang menarik banyak pelaku pasar," ujar Wawan. Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono sependapat bahwa harga batubara berpotensi stabil di level yang tinggi menimbang lonjakan permintaan musim dingin. Terlebih, saat pasokan gas ke Eropa menemui kendala. Hal yang mesti dicermati adalah sejauh mana emiten memiliki ruang terkait kapasitas produksinya. "Kalau volume sudah maksimal, berarti hanya didorong harga komoditas saja. Kalau sudah priced in, ya sebaiknya dikurangi, kecuali kalau perusahaan masih punya ruang menaikkan volume," ujar Agus. Azis ikut menyoroti potensi kenaikan dari saham yang sudah naik signifikan, terutama di batubara yang peluangnya masih terbuka. Tapi harus diingat, dengan kenaikan harga yang sudah tinggi, akan rawan terjadi aksi profit taking. Dengan memahami risiko tersebut, Azis memandang saham sektor tambang dan perbankan masih layak untuk hold. "Mengingat harga komoditas masih cukup tinggi dan pertumbuhan kredit yang tinggi menarik untuk perbankan. Tetapi perlu diwaspadai aksi taking profit," jelas Azis. Sementara itu, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menyarankan, untuk jangka pendek, tidak ada salahnya mengamankan cuan terlebih dulu, guna mengantisipasi koreksi akibat aksi profit taking. Namun, untuk sejumlah saham, secara jangka menengah masih menarik untuk dikoleksi. Seperti pada ADMR menimbang target ke harga Rp 1.840, dan BUMI dengan target harga ke area Rp 224. Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menegaskan, untuk saham yang sudah naik tinggi, investor perlu cermat memperhatikan area resistance atau target kenaikan harganya. Jangan sampai terkena overheating atau masuk ketika harga saham sudah terlalu tinggi. Sekadar gambaran, saham LTLS dinilai perlu diwaspadai potensi konsolidasi lebih lanjut ke bawah area support Rp 1.510. Koreksi lanjutan bisa menyeret LTLS ke harga Rp 1.420. Kemudian, saham RAJA yang secara teknikal candle membentuk serupa hanging man di area resistance. Saran Liza, cermati support di area Rp 1.050 - Rp 1.000. "Gunakan trailing stop. Apabila RAJA ditutup di bawah level low hari sebelumnya, maka itu tandanya untuk mulai kurangi posisi atau take profit," kata Liza. Sedangkan untuk saham ADMR, dalam jangka pendek masih ada potensi menuju target Rp 2.000 - Rp 2.050. Dengan catatan, melalui resistance jangka pendek di Rp 1.780. Jika tertembus, investor bisa
average up di atas Rp 1.780. Namun disarankan stoploss jika saham ADMR ditutup pada level di bawah Rp 1.650. Selanjutnya, dengan tren naik jangka menengah sejak awal tahun, ENRG berpeluang menuju target ke kisaran Rp 400. Saran Liza, strategi masuknya melalui tambah beli secara bertahap. "Pertama-tama ENRG harus mampu lewati Rp 306 dulu, baru kita boleh average up. Langkah berikutnya untuk average up pada Rp 334," terang Liza. Sementara itu, Azis menjagokan saham ADMR dengan target di Rp 1.850 - Rp 2.090, support berada di Rp 1.645 - Rp 1.630. Saham pilihan lainnya adalah BBCA dengan target Rp 8.500 - Rp 8.950, support di Rp 8.150 - Rp 8.125.
Wawan juga menyarankan saham BBCA untuk dikoleksi menimbang pertumbuhan kinerja yang stabil dan konsisten. Terlebih sebagai emiten bigcaps di sektor perbankan, BBCA dipandang sebagai salah satu proxy pertumbuhan ekonomi. Target harga tahunan BBCA ada di Rp 9.000 dengan
support area di Rp 8.000. Sedangkan untuk saham batubara seperti BUMI, Wawan lebih menyarankan wait and see. Pilihan saham batubara bisa melirik PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Itulah rekomendasi saham yang mengalami kenaikan harga tinggi pada tahun ini. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto