Harga Saham BUMI Tembus Level 80, Sekarang Waktunya Beli Atau Jual?



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus bergerak naik pada pekan keempat Juli 2022. Bahkan, harga saham BUMI sudah menembus level 80. Apakah sekarang saatnya untuk beli atau jual saham BUMI?

Harga saham BUMI pada perdagangan Rabu 21 Juli 2022 ditutup di level 83, naik 4 poin atau 5,06% dibandingkan sehari sebelumnya. Harga saham BUMI ini sudah mencapai level tertinggi sejak Februari 2022.

Pada 15 Februari 2022, harga saham BUMI mencapai level tertinggi tahun ini sebesar Rp 86. Asal tahu saja, selama ini harga saham BUMI cenderung bergerak di level 50-60.


Lalu, saat harga saham BUMI terus naik, investor perlu beli atau menjual?

Melalui analisa teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana rekomendasi speculative buy saham BUMI. Menurutnya, support harga saham BUMI di level 79, lalu resistance di level 89.

Baca Juga: Kamis (21/7) Buyback Saham Ini Dimulai, Apa Saatnya Beli? Simak Rekomendasi Analis

Herditya menganalisa penguatan harga saham BUMI pada Rabu (20/7) diiringi dengan volume yang cenderung lebih kecil dibandingkan hari sebelumnya. Meskipun demikian, indikator MACD masih menunjukkan tanda penguatan di area positif dan BUMI telah menembus fibo retracement 78.6.

"Waspadai Stochastic yang sudah berada di area overbought dan diperkirakan akan cenderung melandai," ungkap Herditya.

Harga saham BUMI berpotensi bergerak naik karena sentimen harga batubara di pasar dunia. Harga batubara di pasar dunia pada perdagangan Rabu 20 Juli 2022 berada di level US$ 408,60 per metrik ton, naik 2,41% dari sehari sebelumnya.

Vice President of Research and Development ICDX Isa Djohari mncermati, konflik Geopolitik Rusia-Ukarina masih memiliki dampak yang besar bagi supply energi, termasuk batubara.

"Pasokan energi dari Rusia ke Eropa memberikan dampak terhadap pihak luas. Konflik ini berdampak pada kenaikan harga bahan bakar yang berimbas pada tinggi dan naiknya harga komoditas global, yang merupakan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya mengakibatkan inflasi pada setiap negara," jelasnya dalam media briefing ICDX yang digelar secara virtual, Rabu (20/7).

Sebagai gambaran, Indeks Energi Global sudah mengalami kenaikan hingga 16,74% secara kuartalan (quartal on quartal/QoQ). Peningkatan juga terjadi secara tahunan (year on year/yoy)  hingga 85,96% yoy.

Research and Development ICDX Girta Yoga menambahkan, komoditas energi memang diperkirakan melanjutkan tren bullish di kuartal III 2022. Kendati begitu, Girta melihat terdapat beberapa sentimen yang berpotensi menekan kenaikannya. Salah satunya, kelanjutan pakta produksi OPEC+.

"Pakta akan selesai bulan Agustus, namun hingga saat ini OPEC+ belum memberikan sinyal akan melanjutkan atau tidak," jelasnya.

Baca Juga: Harga Saham Syariah Ini Naik Hingga 500% Ytd, Mana yang Masih Memiliki Prospek Bagus?

Adapun hasil dari pakta itu akan berpengaruh terhadap kondisi pasokan global sehingga akan berdampak terhadap pergerakan harga.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, sentimen-sentimen lain yang akan mempengaruhi ada embargo produk energi Rusia, perkembangan situasi Covid-19 di China, komitmen pengurangan emisi global, penggunaan kendaraan listrik, serta kelanjutan negosiasi nuklir Iran.

Di kuartal III 2022, minyak mentah diproyeksi akan memiliki resistance di US$ 110-US$ 120 per barel dan support di US$ 85-US$ 75 per barel. Gas alam diproyeksi memiliki resistance di US$ 7,50-US$ 8,50 per mmbtu dan support di US$ 5,50 - US$ 4,50 mmbtu. Untuk batubara diperkirakan memiliki resistance di US$ 475-US$ 500 per ton dan support US$ 350 - US$ 325 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto