Harga saham emiten baru naik saat perdagangan perdana, simak saran analis berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, aksi pencatatan saham perdana atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih berlanjut. Yang terbaru, empat saham secara resmi melantai di bursa pada Senin (6/12). 

Empat saham itu adalah PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP),  dan PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS). 

Hingga penutupan perdagangan Senin (6/12), tiga dari empat saham itu mencatat kenaikan harga. Peningkatan paling tinggi dicatatkan oleh CMRY hingga 10,71% menjadi Rp 3.410 per saham. 


Setelahnya disusul WGSH dan WMPP yang terkerek masing-masing 10% dan 0,62% menjadi Rp 154 per saham dan Rp 159 per saham. Hanya pergerakan saham TAYS yang melorot 6,67% sepanjang hari, menjadi Rp 336 per saham. 

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengungkapkan, pergerakan saham baru biasanya memang mengalami peningkatan karena minat investor yang masih tinggi. 

Baca Juga: Melantai di bursa hari ini, simak profil Cisarua Montain Dairy (CMRY)

Sebaliknya, jika persepsi investor terhadap valuasi suatu saham baru terlalu mahal atau prospek bisnis kurang menarik, ini akan menjadi sentimen negatif yang memberatkan pergerakan sahamnya. Bahkan bisa menyentuh auto rejection bawah atau ARB. 

Walau begitu Wawan menekankan, saham-saham yang meningkat di perdagangan perdana tidak selalu menggiurkan. Bukan tidak mungkin, ke depan sahamnya akan melorot hingga di bawah harga IPO dan memerlukan waktu lama untuk menguat kembali. 

Menurut Wawan, itu semua bergantung pada perkembangan persepsi investor dan prospek bisnis masing-masing emiten. 

"Dalam jangka panjang, harga saham akan lebih mencerminkan kondisi fundamentalnya," ungkap Wawan kepada Kontan.co.id, Senin (6/12).  Mempertimbangkan risiko yang membayangi, Wawan menyarankan saham-saham IPO sebagai diversifikasi saja. Hindari menjadikannya investasi yang utama. 

Terhadap investor yang ingin memanfaatkan momentum kenaikan harga saham-saham baru, disarankan untuk siap terhadap risiko  penurunan harga. 

Strategi penerapan batasan yang jelas juga diperlukan. Misalnya, cutloss apabila harga saham menurun hingga 10% dan profit taking setelah saham naik hingga 20%. 

Langkah ini untuk memitigasi investor terjebak dalam saham-saham IPO yang kurang diminati. 

Di sisi lain, Wawan merekomendasikan investor untuk masuk pada saham-saham IPO dalam jangka panjang, khususnya saham yang memiliki prospek baik ke depan. 

Sebab, dengan kinerja yang baik, investor yang masuk saat pasar perdana maupun pasar sekunder akan sama-sama diuntungkan dengan peluang kenaikan harga saham nantinya. 

Menurutnya, saham CMRY cukup menarik dalam jangka panjang. Dana IPO yang mayoritas digunakan untuk ekspansi usaha memang akan menekan Return On Investment (ROI) karena diperlukan waktu hingga hasil ekspansi itu berdampak terhadap perusahaan. 

Baca Juga: Saham CMRY Sukses Pullback, Sempat ARB Akhirnya Cimory Ditutup di Zona Hijau

Akan tetapi, emiten yang bergerak di bidang usaha produk susu dan konsumen makanan premium itu merupakan market leader di bidangnya. 

Di sisi lain, CMRY juga memiliki laporan keuangan yang baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi