Harga saham emiten baru terus melaju



JAKARTA. Berbahagialah investor yang memiliki saham terbitan perdana emiten baru di tahun ini. Performa emiten yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbilang moncer. Harga saham 11 emiten baru ini rata-rata naik 79,66% (lihat tabel).

Harga PT Bali Towerindo Tbk (BALI) misalnya terbang 526,25% ke Rp 2.505 dari harga initial public offering (IPO) BALI di posisi Rp 400 per saham pada 13 Maret lalu. PT Link Net Tbk (LINK) juga meroket. Harga saham perusahaan yang baru dua pekan lebih terdaftar di BEI ini naik 234,38% menjadi Rp 5.350 per saham, sementara harga IPO-nya Rp 1.600 per saham pada 2 Juni.

Hanya satu emiten yang harganya anjlok. Dia adalah harga saham PT Eka Sari Lorena Tbk (LRNA), yang turun 56,33% menjadi Rp 393 dari harga IPO Rp 900 per saham. 


Thendra Crisnanda, analis BNI Securities mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga saham emiten anyar adalah sisi fundamental. Faktor lain adalah momentum. "Momentum yang tepat untuk IPO biasanya di kuartal I dan kuartal IV," tutur Thendra. Di dua masa itu banyak perusahaan dan pengelola dana investasi yang memoles portofolionya (window dressing).

Sektor perusahaan juga menjadi dasar investor memilih saham emiten anyar. Biasanya emiten consumer goods dan infrastruktur banyak diminati. Tak heran harga saham BALI dan LINK yang bergerak di infrastruktur naik signifikan.

Berikutnya, nama grup yang menjadi "beking" emiten anyar. "Grup perusahaan yang sudah memiliki nama dan dipandang baik oleh investor juga menjadi nilai tambah," imbuh Thendra. Terakhir, underwriter. Ya, penjamin emisi biasanya mempunyai strategi khusus untuk mengerek harga emiten anyar.

Sebaliknya, menurut Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, tak hanya fundamental yang jeblok penyebab saham emiten baru melorot, faktor lain seperti tujuan awal IPO dan jumlah saham yang dilepas ke publik juga mempengaruhi. "Ada saham IPO yang hanya sekadar listing. Setelahnya, perusahaan kurang ekspansif dan saham paling besar masih dimiliki pemegang saham lama," ujar dia.

Karena itu, analis menyarankan faktor-faktor tersebut bisa menjadi panduan memilih emiten yang akan listing kelak. Nah untuk 11 emiten baru yang sudah listing, Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas merekomendasikan saham PT Wika Beton Tbk (WTON). Sebab proyek infrastruktur akan terus ada siapapun presidennya. "Kebutuhan beton terus tumbuh," yakin dia.

Sementara Thendra merekomendasikan, Bank Panin Syariah Tbk, karena ada rencana akuisisi oleh Dubai Islamic Bank. Rencana ini bisa mengangkat harga saham PNBS. "Tingkat return on equity (ROE) masih 15%-20%," ujar dia.

Nama Emiten Listing Harga IPO Harga IPO Harga (17/6)  %
PNBS PT Bank Panin Syariah Tbk  15 Januari Rp 100 Rp 140 40,00
ASMI PT Asuransi Mitra Maparya Tbk 16 Januari Rp 270 Rp 474 75,56
BINA PT Bank Ina Perdana Tbk* 16 Januari Rp 240 Rp 258 7,50
CANI PT Capitol Nusantara Tbk 16 Januari Rp 200 Rp 253 26,50
TALF PT Tunas Alfin Tbk 17 Januari Rp 395 Rp 495 25,32
BALI PT Bali Towerindo Tbk 13 Maret Rp 400 Rp 2.505 526,25
WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk 8 April Rp 590 Rp 760 28,81
BLTZ PT Graha Layar Prima Tbk** 10 April Rp 3.000 Rp 3.100 3,33
MDIA PT Intermedia Capital Tbk 11 April Rp 1.380 Rp 1.850 34,06
LRNA PT Eka Sari Lorena Tbk 15 April Rp 900 Rp 393 -56,33
DAJK PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk 14 Mei Rp 470 Rp 520 10,64
LINK PT Link Net Tbk* 2 Juni Rp 1.600 Rp 5.350 234,38
Keterangan: *Harga saham penutupan 16 Juni 2014, **Harga saham penutupan 12 Juni 2014
Sumber: RTI, Bloomberg dan Riset KONTAN        
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia