JAKARTA. Kemarin, harga saham tujuh perusahaan yang bernaung di bawah Grup Bakrie melonjak tinggi. Pemicunya adalah keputusan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mundur dari proses pembelian saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara.Otomatis, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang ikut dalam proses divestasi melalui PT Multicapital berpeluang menambah jatah pembelian saham Newmont.
Alhasil, kemarin (11/11) harga saham BUMI melambung 12,79% dari Rp 2.150 per saham menjadi Rp 2.425 per saham. Padahal, sehari sebelumnya harga saham produsen batubara ini anjlok 6,52%. Kenaikan harga juga dicetak saham Grup Bakrie lainnya. Harga saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 9,09% menjadi Rp 300 per saham, saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) naik 7,4% menjadi Rp 290 per saham, dan saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) naik 5,97% jadi Rp 710 per saham. Harga saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) melonjak 5,10% menjadi Rp 165 per saham, saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) melesat paling tinggi 16,5% menjadi Rp 134, dan saham PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) melejit 9,3% jadi Rp 94. Kepala Riset Valbury Asia Securities, Krishna Dwi Setiawan, mengatakan, mundurnya Antam sangat membuka peluang bagi BUMI menjadi pembeli saham Newmont. "Makanya, ini menjadi sentimen positif bagi seluruh saham Grup Bakrie," ujarnya. Investor asing pun ikutan mengoleksi saham Grup Bakrie. Kepastian mundurnya Antam diungkapkan langsung Direktur Utama Alwin Syah Loebis. Dia mengatakan, strategi Antam adalah memperoleh minimal 15,5% saham Newmont atau setengah dari jatah divestasi saham Newmont sebanyak 31% sepanjang tahun 2006-2010. Persoalannya, konsorsium Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menggandeng Multicapital, hanya memberi 37,5% dari jatah divestasi saham Newmont kepada Antam. Jumlah itu setara dengan 11,63% saham Newmont. Sedangkan Multicapital mendapat porsi sama dengan bagian yang ditawarkan kepada Antam. Sisanya akan dimiliki Pemprov NTB sebanyak 25% dari jatah divestasi atau setara 7,75% saham. Menurut Alwin, pembagian jatah tersebut tidak mendatangkan nilai komersial bagi Antam. "Dengan tidak terpenuhinya strategi usaha tersebut, dan setelah kajian internal, maka kami memutuskan untuk tidak ikut dalam konsorsium," tandasnya.
Kendati demikian, bukan berarti Antam benar-benar mundur. Alwin menegaskan, Antam masih membuka kemungkinan kembali ikut bergabung apabila Pemprov NTB memberi penawaran baru dengan porsi kepemilikan yang lebih besar. Head of Investment Reethau Investama, Nuvrial Prakarsa, menilai keputusan mundur tersebut akan menutup peluang kenaikan pendapatan Antam dari sektor selain tambang emas dan nikel. "Padahal saat ini harga nikel sedang tidak bagus," imbuhnya. Sebenarnya, Antam bisa terbantu dari kenaikan harga emas, yang merupakan produk utama Newmont. Sekadar informasi, Newmont berkewajiban melepas 31% sahamnya sebagai bagian dari program divestasi kepada pemerintah Indonesia sepanjang rentang tahun 2006-2010. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan