JAKARTA. Kinerja saham grup Lippo mencuri perhatian investor. Beberapa saham tampil atraktif dan naik cukup tinggi. Saham PT First Media Tbk (
KBLV), misalnya, menyentuh level tertinggi sepanjang tahun. Pada Jumat (29/8), saham ini menyentuh Rp 2.730 per saham, naik 24,94% dari hari sebelumnya. Catatan saja, di awal tahun silam, harga saham KBLV dibuka di Rp 580 per saham. Artinya, saham ini sudah naik 370,68% sepanjang tahun ini. Bukan cuma KBLV yang kinclong. Pada 21 Agustus, saham PT Matahari Department Store Tbk (
LPPF) mencapai level tertinggi sepanjang tahun, yakni di Rp 17.000 per saham. Sampai Jumat (29/08), saham LPPF stabil di Rp 16.275. Sepanjang tahun ini, lonjakan harga saham LPPF mencapai 47,9%.
Sementara, harga saham PT Matahari Putra Prima Tk (
MPPA) telah melompat 57,9% tahun ini ke level Rp 3.080 per saham. Tahun ini, grup Lippo memang gencar menggelar aksi korporasi. Beberapa aksi korporasi mempunyai andil dalam mengerek harga saham grup Lippo. Salah satu akrobat yang akan dilakukan Grup Lippo adalah aksi
private placement KBLV. Perseroan ini akan kembali menjual saham anak usaha yang baru melantai di bursa, PT Link Net Tbk (
LINK). First Media akan melepas maksimal 60% saham LINK yang dimilikinya. Aksi korporasi ini akan dilakukan bersama dengan pemegang saham LINK yang lainnya, yakni Asia Link Dewa Pte Ltd. Tujuan aksi korporasi ini adalah untuk menjaga likuiditas saham LINK. First Media dan Asia Color sama-sama bakal meraup dana yang lumayan besar dari private placement. "Memang rencana ini membuat saham KBLV terkerek naik. Di sisi lain, prospek industri masih bagus," jelas Wiliam Suryawijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities. Bukan cuma KBLV yang akan menggelar aksi korporasi. PT Bank Nobu Tbk (
NOBU) juga akan menggelar aksi serupa. Bank Nobu akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 414,58 juta saham baru atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaan saham baru NOBU minimal Rp 786 per saham. Artinya, bank ini bisa meraup dana segar Rp 325,86 miliar dari aksi korporasi tersebut. Dana itu akan digunakan untuk mengembangkan usaha dan tambahan modal kerja. Selain itu,
private placement juga bakal meningkatkan likuiditas perdagangan saham NOBU. Seiring aksi korporasi tersebut, harga saham NOBU juga turut terdongkrak. Sepanjang tahun ini, harga saham NOBU sudah melambung 35,5%. Meski kinerja beberapa saham emiten Grup Lippo melambung, para analis menilai, tak semua saham emiten dalam grup Lippo layak dilirik. Wiliam memberi catatan, likuiditas beberapa saham dalam grup ini masih seret. Dengan kata lain, transaksi masih jarang terjadi. Cermati fundamental Namun, beberapa saham layak dicermati karena prospek fundamentalnya memang bagus. Misalnya MPPA dan LPPF. Keduanya masih bisa mempertahankan margin laba dengan dibandingkan emiten lain. Apalagi, keduanya menjangkau kelas menengah. "Dalam jangka panjang, saham ritel milik Lippo masih menjadi rekomendasi," ujar dia. Reza Nugraha, Analis MNC Securities menambahkan, grup Lippo merupakan konglomerasi bisnis yang terdiversifikasi dengan baik sehingga salin menutupi kekurangan. Dia mencontohkan, sektor properti yang digawangi PT Lippo Karawaci Tbk (
LPKR) memang masih tertekan. Namun, Lippo bisa mengimbangi dengan mengembangkan bisnis rumahsakit melalui PT Siloam Internasional Hospitals Tbk (
SILO).
Menurut Reza, di bisnis TV kabel, produk KBLV milik Lippo juga unggul. Reza juga masih menyukai saham PT Lippo Cikarang Tbk (
LPCK) karena saham ini masih jadi incaran investor. Ia juga merekomendasikan beli untuk saham SILO karena memiliki potensi kenaikan hingga ke Rp 17.000 per saham. Akhir pekan lalu, saham SILO tak bergerak dari Rp 15.075 per saham. Namun, William menyarankan investor berhati-hati. Pasalnya, lonjakan harga membuat saham -saham grup ini sudah cukup mahal. Ia hanya menyarankan akumulasi beli saham MPPA, LPPF, LPKR, dan LPCK saat terjadi koreksi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia