KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah saham dengan harga Rp 50 atau gocap di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Januari 2023 semakin banyak. Lalu, apakah ada saham harga Rp 50 itu yang berpotensi mengalami kenaikan harga? Potensi saham dengan harga Rp 50 untuk melonjak memang ada. Lihat saja, saham PT Bumi Minerals Tbk (BUMI) berhasil bangkit dari tidur lama. Pada bulan Maret-April tahun 2022, harga saham BUMI masih di level 50-an. Namun harga saham BUMI sempat bangkit hingga menembus di atas Rp 200. Pada Selasa (31/1), harga saham BUMI bertengger di level Rp 153 per saham.
Kini, saham dengan harga Rp 50 semakin banyak di BEI. Pada tahun 2022, saham dengan harga Rp 50 sebanyak 87, tapi per Selasa (31/1) tercatat ada 92 saham. Beberapa contoh saham harga Rp 50 antara lain saham ZINC dari PT Kapuas Prica Coal Tbk. Lalu saham PPRO dari PT PP Properti Tbk.
Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Ini (1/2) Rebound, Cek Rekomendasi Saham Pilihan yang Layak Beli Kemudian saham TAXI dari PT Express Transindo Utama Tbk, saham WOWS dari PT Ginting Jaya Energi Tbk, saham WINR dari PT Winner Nusantara Jaya Tbk, saham VIVA dari PT Visi Media Asia Tbk, saham TRUE dari PT Triniti Dinamik Tbk dll. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai mandeknya saham-saham itu disebabkan oleh hilangnya antusias investor pada sebuah saham. "Ada berbagai penyebab yakni fundamentalnya jelek dan terdampak rumor berita buruk. Serta investor menilai emiten itu belum mempunyai prospek bisnis yang baik," jelas dia Kepada Kontan.co.id, Selasa (31/1). Chief Executice Officer Edvisor.id Praska Putrantyo bilang jika masih terus tertahan di batas paling bawah alias Rp 50, maka saham-saham tersebut berpotensi besar untuk didepak dari pasar modal. "Terlebih jika tidak ada perbaikan kinerja fundamental yang signifikan dari emiten sahamnya," kata Praska. Memang kalau dicermati beberapa saham yang mati suri ini biasanya punya fundamental jelek ataupun tersandung kasus. Misalnya, PT Cowell Development Tbk (COWL) yang diputus pailit dan telah diancam delisting oleh BEI. Praska menilai akan sulit untuk saham gocap ini bisa bangkit kembali. Untuk itu perlu ada sentimen positif, salah satu yang bisa dilakukan emiten dengan melakukan aksi korporasi agar bisa mendongkrak kinerja. "Bisa memberikan harapan positif terhadap perbaikan kinerja keuangan yang signifikan dalam jangka panjang dan menarik investor untuk kembali mengakumulasi," papar dia. Senada, Nico menilai aksi korporasi para emiten lah yang akan sanggup untuk menggerakkan minat investor untuk kembali mentransaksikan saham-saham itu. Ditambah kehadiran investor jumbo yang bersedia masuk untuk membeli. "Kalau tidak ada masalah hukum, kondisi sektoral juga memungkinkan untuk saham tersebut bangkit dari gocap," imbuh Nico.
Dia bilang saham gocap umumnya sangat kurang likuid sehingga pemegang saham akan tulis untuk melakukan penjualan, sehingga investor hanya bisa menunggu suatu saat harga sahamnya aktif bergerak. Sementara Praska menyarankan investor untuk
wait and see perkembangan fundamental keuangan emiten secara kuartalan. Sebagai pencegahan, dia mengingatkan investor untuk memperhatikan rencana bisnis sebuah emiten sebelum membeli sahamnya. Itulah rekomendasi saham dengan harga Rp 50. Jangan tergiur oleh harga murah, perhatikan fundamental dan rencana bisnis perusahaan sebelum beli saham Rp 50. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto