KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham yang belakangan melantai di Bursa Efek Indonesia (IPO) melalui initial public offering (IPO) mencatatkan kenaikan harga hingga ratusan persen. Meski harga saham sudah naik lebih dari 100% pasca IPO, analis melihat ada saham yang memiliki prospek cerah untuk dikoleksi. Berdasarkan catatan Kontan hingga penutupan Kamis (21/11), setidaknya ada 21 saham yang berhasil menguat dibanding harga saham perdananya. 10 saham di antaranya naik ratusan persen. Yakni, PT Daaz Bara Lestari Tbk (
DAAZ) yang melesat 371,59% dari Rp 880 menjadi Rp 4.150. Kemudian ada PT Remala Abadi Tbk (
DATA) dan PT Global Sukses Digital Tbk (
DOSS) yang masing-masing naik 245,74% dan 200%.
Berikutnya ada PT Harta Djaya Karya Tbk (
MEJA), PT Satu Visi Putra Tbk (
VISI), PT Esta Indonesia Tbk (
NEST), PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk (
MKAP) yang masing-masing melonjak 152,43%, 150%, 121% dan 117,39%.
Baca Juga: Sudah Dibuka, Ini Syarat & Cara Daftar PPPK 2024 Tahap II Di Sscasn.bkn.go.id Lalu ada saham PT Gunanusa Eramandiri Tbk (
GUNA) yang mengembang 120% menjadi Rp 330, PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (
NAIK) menguat 113,08% dan PT Newport Marine Services Tbk (
BOAT) naik 156%. Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menjelaskan secara historis, memang ada kecenderungan saham-saham pendatang baru di bursa memiliki tingkat volatilitas yang cukup tinggi. Nah, tingkat volatilitas tersebut biasanya tergantung pada momentum, kinerja, euforia dan tingkat valuasi serta prospek dari emiten yang bersangkutan ke depannya. "Selain itu, sosok manajemen di balik manajemen juga bisa menjadi
trigger kenaikan suatu emiten pada saat mereka
listing," jelas Miftahul saat dihubungi Kontan, Kamis (21/11). Namun Miftahul bilang saham-saham yang sudah mencatatkan kenaikan dengan nilai valuasi yang sudah sangat tinggi. Hal ini lah yang menjadi pemicu terjadi aksi penjualan yang menyebabkan harga saham terkoreksi. Adapun saham PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK) dan PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk (MPIX) menjadi saham pendatang baru dengan penurunan terdalam, yang masing-masing minus 78,42% dan 76,49%.
Tonton: Asteroid Ini Miliki Kandungan Logam Senilai US$10 Triliun Triliun, Bisakah Ditambang? Strategi Investasi dan Saham Pilihan Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas mencermati, kenaikan saham-saham pendatang baru itu hanya terjadi dalam jangka pendek karena euforia IPO. Ambil contoh, DAAZ baru resmi melantai di BEI pada 11 November 2024. Di usianya yang baru seumur jagung, DAAZ sudah bisa melesat hingga ratusan persen. Sedangkan, lanjut Nafan, saham-saham yang mengalami penurunan signifikan disebabkan oleh kinerjanya kurang mendukung. Untuk itu, dia menyarankan investor yang terjadi pada saham IPO bisa trading jangka pendek. "Perhatikan volume transaksinya. Kalau misalkan kenaikan harga saham diikuti dengan kenaikan volume, itu menunjukkan tingkat partisipasi dan minat
traders masih tinggi," kata Nafan. Sementara, Miftahul mengingatkan berinvestasi maupun
trading di saham-saham yang baru
listing memiliki tingkat risiko yang tinggi. Dia menyarankan sebaiknya, investor pemula menghindari saham IPO. "Sebaiknya, bagi investor pemula yang masih awam tidak punya waktu banyak di
market kami menyarankan untuk menghindari saham-saham seperti ini," tegasnya. Miftahul menyebut di antara saham-saham yang sudah melesat itu, secara kinerja serta valuasi kurang menarik. Namun dia menilai dibanding dengan saham IPO lainnya, DAAZ masih memiliki poin yang menarik.
Baca Juga: Sritex Pailit, Ini Nasib Pemegang Saham SRIL Menurut Penjelasan BEI Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto