Harga saham IPO Jaya Agra Wattie Rp 500



JAKARTA. Rencana PT Jaya Agra Wattie menawarkan saham perdana ke publik terus bergulir. Perusahaan perkebunan ini akhirnya mematok harga penawaran perdana sahamnya sebesar Rp 500 per saham.

Harga tersebut cukup jauh di bawah harga kisaran tertinggi yang dipatok perusahaan ini, yakni Rp 670 per saham. Padahal, saat bookbuilding Jaya Agra sukses mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga lebih dari dua kali. Sekadar mengingatkan, sebelumnya Jaya Agra mematok harga saham perdana di kisaran Rp 480-Rp 670 per saham.

Manajemen Jaya Agra menuturkan, penetapan harga saham perdana sebesar Rp 500 per saham berdasarkan kinerja keuangan perusahaan, kondisi pasar, prospek usahanya serta prospek industri perkebunan. "Harga ditetapkan sebesar itu agar mendapatkan komposisi yang maksimal," kata Bambang S. Ibrahim, Direktur Keuangan Jaya Agra, Senin (23/5).


Dalam IPO tersebut, Jaya Agra melepas sebanyak 1,13 miliar saham atau 30% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga perdana Rp 500 per saham, artinya Jaya Agra bisa meraup dana segar Rp 556,20 miliar dari initial public offering (IPO).

Jaya Agra akan mempergunakan dana hasil penjualan saham itu untuk membangun pabrik pengolahan sawit berkapasitas 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam di Kalimantan Selatan. Pembangunan pabrik tersebut diperkirakan membutuhkan dana sekitar Rp 100 miliar.

Pembangunan pabrik akan dimulai pertengahan 2012 dan diperkirakan selesai dalam 1,5 tahun. "Dengan pabrik tersebut, biaya transportasi bisa dihemat karena letaknya dekat dengan perkebunan," kata Bambang.

Jaya Agra juga akan membangun pabrik karet remah berkapasitas 1,5 ton per jam. Selain itu, mereka membangun dua pabrik karet lembaran dengan kapasitas pengolahan 150 kilogram per jam.

Sisa dana IPO akan digunakan untuk pembebasan lahan seluas 30.000 hektar (ha). Lahan ini nantinya akan ditanami karet sekitar 20.000 ha, dan sisanya ditanami sawit.

Arief Fahruri, Analis Erdhika Elit Sekuritas menilai, harga saham perdana yang ditawarkan Jaya Agra cukup murah. Harga ini mencerminkan price to earning ratio (PER) di bawah 10 kali. Sementara PER industri berada di kisaran 13,98 kali. "Boleh masuk, harganya murah," sarannya.

Arief menilai keunggulan kompetitif yang dimiliki Jaya Agra adalah kombinasi dari kebun sawit dan karet sebagai komoditas utama. "Mereka dapat yield tinggi dari karet, dan prospek karet bagus mengingat kendaraan terus tumbuh," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie