Harga Saham Konsumer Ini Naik Tinggi, Masih Layak Dikoleksi Atau Harus Jual?



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Beberapa saham sektor konsumer mengalami tren kenaikan harga hingga Oktober 2022 ini. Untuk perdagangan hari ini, Jumat 21 Oktober 2022, apakah saham-saham konsumer itu masih layak dikoleksi atau harus dijual?

Saham konsumer yang mengalami kenaikan harga ini terutama adalah sektor consumer non-cyclicals alias barang konsumen primer. Sederet saham di sektor ini mampu melaju kencang di tengah bayang-bayang lonjakan inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Secara sektoral, IDX consumer non-cyclicals menjadi motor penggerak bangkitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pekan ini. IDX consumer non-cyclicals menguat 1,29% dan 2,5% dalam dua belakangan ini.


Ada sejumlah saham berkapitalisasi jumbo di sektor ini yang sedang menanjak. Misalnya saja harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang menguat empat hari beruntun. Pada Rabu (19/10), UNVR naik cukup tinggi hingga 9,18%.

Baca Juga: Awas! Prediksi IHSG Hari Ini (21/10) Rawan Melemah, Cermati Saham Berikut

Selanjutnya ada duo Grup Salim, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang juga konsisten menguat di pekan ini. Tak kalah mentereng, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) bisa melesat 23,53% dalam sepekan. Kamis (20/10) ini, saham MYOR melompat 13% ke posisi Rp 2.520.

Di jajaran emiten rokok, ada PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang sedang mengepul. Pada Kamis (20/10), saham GGRM melesat 8,46%, sedangkan HMSP meningkat 6,01%.

Setidaknya ada tiga alasan yang membuat saham-saham di sektor barang konsumen primer bisa unjuk gigi. Pertama, pelaku pasar masih percaya bahwa sektor ini merupakan pilihan defensif alias lebih tahan banting saat situasi pasar masih dibayangi gejolak ekonomi.

"Sektor barang konsumen primer menjadi pilihan investor di tengah kenaikan inflasi dan normalisasi kebijakan moneter yang terjadi dalam negeri maupun global," terang Financial Expert Ajaib Sekuritas M. Julian Fadli kepada Kontan.co.id, Kamis (20/10).

Lonjakan inflasi memang berdampak pada daya beli masyarakat. Namun, efeknya terhadap emiten barang konsumen primer ditaksir tidak akan signifikan. Sebab, saat inflasi meningkat, masyarakat justru akan fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang disediakan oleh emiten sektor barang konsumen primer.

Sebaliknya, jika inflasi terkendali di tengah pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat yang normal, maka akan mendorong konsumsi. Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2022 ada di posisi 117,2, alias masih berada pada level optimis.

Survei konsumen BI September 2022 juga mencatat proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (Average Propensity to Consume Ratio) meningkat menjadi 74,8% dibandingkan bulan Agustus sebesar 73,6%.

"Melihat proyeksi dan data di atas, sektor barang konsumen primer masih menjadi pilihan investasi para investor saat ini hingga beberapa waktu ke depan," imbuh Fadli.

Faktor kedua yang membuat sektor ini menguat adalah antisipasi pelaku pasar terhadap rilis laporan keuangan kuartal III. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya melihat gerak naik harga saham saat ini sudah price in dengan kinerja emiten yang diproyeksikan mengalami kenaikan.

"Sektor konsumen primer memang defensif, sehingga bisa tetap tumbuh meski dalam berbagai tantangan. Apalagi dengan penurunan harga bahan baku sehingga ada potensi perbaikan kinerja di kuartal III 2022," terang Cheryl.

Selanjutnya, alasan ketiga yang mendorong laju sektor consumer non-cyclicals adalah faktor teknikal dan efek aksi korporasi. Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mencontohkan saham rokok, yakni GGRM dan HMSP.

Baca Juga: Pandemi Mereda, Begini Prospek Saham Kalbe Farma (KLBF)

Kedua saham tersebut sudah cukup lama berjalan dalam tren turun, dan dari sisi indikatornya sudah matang dalam area oversold. GGRM dan HMSP pun mengalami rebound setelah break out level resistance terdekatnya.

Selanjutnya, Liza menyoroti gerak PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang menguat 11,17% dalam sepekan ini. Rabu lalu, harga saham RANC melonjak 16,06%. Menurut Liza, RANC sebenarnya masih dalam tren turun sejak Desember lalu. Namun, dalam beberapa hari terakhir tampak bangkit dari support jangka menengah didukung oleh volume yang tinggi. 

Liza menduga, penguatan RANC lebih karena paparan sentimen positif dari Initial Public Offering (IPO) PT Global Digital Niaga Tbk alias Blibli. 

"RANC termasuk di dalam rangkaian bisnis Blibli bersama Tiket.com. Secara kinerja fundamental, rapor RANC masih merah," ungkap Liza.

Rekomendasi Saham

Di samping ketiga faktor di atas, Liza pun menyinggung dampak kenaikan suku bunga BI yang bisa menjadi katalis bagi emiten sektor consumer non-cyclicals. Asal tahu saja, BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis point menjadi 4,75%.

Langkah ini diambil untuk menjinakkan inflasi dan stabilisasi nilai tukar rupiah yang sudah menembus level Rp 15.500 per dolar AS. Hal ini sangat berdampak bagi sektor barang konsumen primer yang bahan bakunya masih banyak mengandalkan impor, terutama gandum.

Di sisi lain, harga komoditas saat ini masih ada di level yang tinggi. Sehingga tambahan beban kurs bakal memangkas margin keuntungan emiten. 

"Jadi sangat penting apabila bisa  sedapat mungkin mengendalikan volatilitas dua faktor tersebut," terang Liza.

Dalam kondisi seperti ini, Liza mengingatkan, performa keuangan emiten akan tergantung dari kemampuan menyeimbangkan ongkos impor yang membengkak dan efisiensi biaya. Lalu, bagaimana mendayagunakan pasar ekspor dengan optimal.

Liza mencontohkan MYOR yang diproyeksikan masih membukukan kinerja positif hingga kuartal III-2022 berkat pasar ekspornya ke lebih dari 100 negara. 

Baca Juga: Saham Matahari Department Store (LPPF) Menarik Dilirik, Cermati Rekomendasi Analis

Secara teknikal, pelaku pasar bisa mencermati saham GGRM yang berpeluang menuju target di harga Rp 25.000 dan Rp 26.000. Kemudian HMSP dengan target di area harga Rp 975 - Rp 985 atau di Rp 1.000 - RP 1.025.

Sementara itu, Fadli memproyeksikan dalam tren jangka pendek hingga menengah, emiten-emiten di sektor barang konsumen primer masih berpotensi tumbuh secara kinerja keuangan dan harga sahamnya. 

Fadli memberikan rekomendasi buy untuk saham ICBP dengan  target harga pada area resistance di Rp 9.650 dan support pada level Rp 9.000.

Saham pilihan Fadli lainnya adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Pelaku pasar bisa buy saham AALI dengan mencermati area resistance Rp 8.800 dan support di posisi Rp 8.175. 

Selanjutnya, Fadli menyarankan sell on strength saham PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO). Hal ini mempertimbangkan CLEO yang berhasil mencapai all time high pada bulan ini. Target harga ada di area Rp 800 dan support di Rp 720. 

Sedangkan Cheryl merekomendasikan saham UNVR, INDF dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). Ketiganya layak dikoleksi dengan buy on beakout untuk target penguatan hingga 15%.

Itulah rekomendasi saham konsumer yang sedang naik harga. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto