JAKARTA. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus melandai dalam beberapa bulan terakhir. Kendati demikian, perseroan masih optimistis dengan kinerja ke depan. Direktur BUMI Dileep Srivastava mengakui tahun ini merupakan saat yang berat bagi pasar global. Khususnya, di sektor batubara yang mengalami tren penurunan harga jual. "Namun, kami masih memperoleh harga yang lebih baik dibandingkan yang lain. Selain itu, penjualan kami meningkat lebih dari 10% dibandingkan tahun lalu," ujar Dileep kepada KONTAN, Rabu (29/8). Berdasarkan laporan keuangan semester I 2012, BUMI mencatat kenaikan pendapatan 14,12% menjadi US$ 1,94 miliar dibandingkan periode serupa tahun lalu. Volume penjualan perseroan naik 10,4% menjadi 32,3 juta ton dari 29,3 juta ton pada semester pertama 2011. Meski demikian, anak usaha Grup Bakrie ini membukukan rugi bersih sebesar US$ 231,68 juta dibandingkan laba bersih semester I 2011 sebesar US$ 231,68 juta. Pemicunya adalah kerugian transaksi derivatif senilai US$ 145,82 juta pada semester I 2012 sementara di periode yang sama tahun lalu perseroan justru meraup laba senilai US$ 212,26 juta. Dileep menyatakan perseroan akan tetap transparan, tanggap, dan bertahan menghadapi tantangan eksternal. Kuncinya adalah mengupayakan pendapatan dan produksi semakin besar. "Selain itu, mengusahakan turunnya komisi penjualan dan operasional yang lebih kuat," kata Dileep. Ia menambahkan, biaya masa lalu telah dicatat sepenuhnya pada semester pertama dengan standar akuntansi yang baru, sejalan dengan praktik internasional. Ini menunjukkan BUMI fokus dan siap mengambil keuntungan penuh dari peluang yang akan datang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga saham melandai, ini tanggapan BUMI
JAKARTA. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus melandai dalam beberapa bulan terakhir. Kendati demikian, perseroan masih optimistis dengan kinerja ke depan. Direktur BUMI Dileep Srivastava mengakui tahun ini merupakan saat yang berat bagi pasar global. Khususnya, di sektor batubara yang mengalami tren penurunan harga jual. "Namun, kami masih memperoleh harga yang lebih baik dibandingkan yang lain. Selain itu, penjualan kami meningkat lebih dari 10% dibandingkan tahun lalu," ujar Dileep kepada KONTAN, Rabu (29/8). Berdasarkan laporan keuangan semester I 2012, BUMI mencatat kenaikan pendapatan 14,12% menjadi US$ 1,94 miliar dibandingkan periode serupa tahun lalu. Volume penjualan perseroan naik 10,4% menjadi 32,3 juta ton dari 29,3 juta ton pada semester pertama 2011. Meski demikian, anak usaha Grup Bakrie ini membukukan rugi bersih sebesar US$ 231,68 juta dibandingkan laba bersih semester I 2011 sebesar US$ 231,68 juta. Pemicunya adalah kerugian transaksi derivatif senilai US$ 145,82 juta pada semester I 2012 sementara di periode yang sama tahun lalu perseroan justru meraup laba senilai US$ 212,26 juta. Dileep menyatakan perseroan akan tetap transparan, tanggap, dan bertahan menghadapi tantangan eksternal. Kuncinya adalah mengupayakan pendapatan dan produksi semakin besar. "Selain itu, mengusahakan turunnya komisi penjualan dan operasional yang lebih kuat," kata Dileep. Ia menambahkan, biaya masa lalu telah dicatat sepenuhnya pada semester pertama dengan standar akuntansi yang baru, sejalan dengan praktik internasional. Ini menunjukkan BUMI fokus dan siap mengambil keuntungan penuh dari peluang yang akan datang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News