KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham perusahaan unicorn PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA) kurang bertaji. Saat berita ini ditulis, saham BUKA memang melesat 7,91% ke level Rp 750 per saham, Kamis (14/10). Namun, level ini masih lebih rendah saat saham BUKA ditawarkan kepada publik atau harga IPO, yakni Rp 850 per saham. Presiden Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan, pergerakan saham BUKA tidak terlepas dari strategi
fund manager yang mengalokasikan portofolio investasi sesuai dengan industri yang sedang
booming saat ini, yang berbarengan dengan naiknya komoditas. Teddy menilai, di saat sejumlah harga komoditas naik, di saat itu pula terjadi rotasi portofolio, dari saham berbasis tekonologi ke saham berbasis komoditas yang lebih menggiurkan.
“Bukan hanya BUKA, tetapi yang lain juga terkena rotasi. Kebetulan harga komoditas memang sedang naik,” terang Teddy saat audiensi dengan media, Kamis (14/10). Namun, Teddy menilai, fenomena booming komoditas ini baik bagi Indonesia.
Baca Juga: Hingga akhir tahun, perusahaan IPO masih akan diminati investor Kenaikan harga komoditas tentunya membantu menyeimbangkan ekonomi khususnya di luar Jawa. Nantinya, melonjaknya harga jual komditas terefleksi dari naiknya daya beli masyarakat secara keseluruhan. Dia mencontohkan, perusahaan teknologi raksasa dunia juga sempat mengalami hal serupa seperti BUKA, yakni harga sahamnya cenderung melandai pasca melakukan
initial public offering (IPO). Sebut saja Google dan Facebook. Dari perspektif Teddy, penurunan saham emiten teknologi pasca IPO juga berkaitan dengan periode dimana investor masih mencoba mengerti dan mencerna bisnis yang dijalankan oleh emiten yang bersangkutan. Dalam hal ini, investor dinilai masih mencerna strategi dan model bisnis yang dipakai BUKA yang menyasar pengembangan segmen UMKM. “Kami menggunakan salah satu kemampuan yang dimiliki Indonesia, yakni UMKM. Sehingga perlu waktu bagi investor untuk mengerti model bisnis BUKA,” kata dia.
Masih dalam fase downtrend
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, saham BUKA sudah
downtrend sejak kegagalannya menembus level resistance Rp 900 pada 28 September 2021. William mengamini,
sector rotation memang menjadi salah satu penyebab saham emiten teknologi ini menurun. “Namun tidak tepat jika menyalahkan
sector rotation saja, karena pelemahan efek
sector rotation jarang yang separah ini,” kata William saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/10).
Karena masih dalam fase
downtrend, William merekomendasikan
wait and see saham BUKA saat ini. Estimasi pelemahan hingga Rp 685 dan investor bisa mulai cicil beli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat