KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham dari perusahaan milik orang terkaya Indonesia Prajogo Pangestu anjlok total pada perdagangan Selasa 9 Januari 2024. Padahal, harga saham-saham tersebut sempat melambung tinggi sepanjang tahun 2023 dan awal 2024 ini. Lalu, apakah investor ritel sebaiknya menjual atau beli saham di bawah Grup Barito? Prajogo Pangestu adalah seorang pengusaha Indonesia, pendiri Barito Pacific. Prajogo Pangestu menjadi orang terkaya di Indonesia dengan harta kekayaan sekitar US$ 52.9 milliar atau sekitar Rp 829,2 triliun. Jumlah kekayaan Prajogo Pangestu mengalahkan Low Tuck Kwong, pendiri PT Bayan dan keluarga Hartono, pemilik grup Djarum dan BCA.
Penurunan harga saham milik orang terkaya Indonesia dan terkaya ke-24 di dunia ini pun merontokkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan Selasa (9/1), IHSG parkir di level 7.200,20 turun 83,37 poin atau 1,14% dibandingkan sehari sebelumnya. Saham Prajogo Pangestu yang turun antara lain PT Barito Pacific Tbk (BRPT) merosot 18,18% menjadi Rp 1.080 per saham. BRPT adalah induk perusahaan dari berbagai perusahaan milik Prajogo Pangestu. Lalu, harga saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) TPIA anjlok 20% ke area Rp 4.220 per saham. Sementara harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terperosok 20% atau menyentuh level ARB ke posisi Rp 5.400 per saham. Trio saham Barito ini juga kompak menghuni deretan saham top losers pada perdagangan Selasa (9/1). Adapun, harga saham PT Petrosea Tbk (PTRO) yang sekitar 34% sahamnya sudah diakuisisi CUAN, tampak sejalan dengan saham Prajogo lainnya. Saham PTRO terkikis 14,91% ke level Rp 4.510 per saham pada Selasa (9/1).
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai situasi ini relatif sudah terprediksi. Memasuki tahun 2024, saham-saham milik Prajogo Pangestu, terutama Grup Barito memang rentan tertekan atau mengalami koreksi lantaran kenaikan harga tahun lalu sudah sangat signifikan. Lagi pula, secara valuasi pun sudah terlalu mahal, bahkan cenderung tidak wajar. "Dalam tren jangka pendek juga, beberapa harga sudah menunjukkan tren penurunan seperti TPIA, BRPT & BREN," sebut Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (9/1). CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengamini, secara valuasi saham Grup Barito dan CUAN sudah mahal. Apalagi dari sisi rasio
price to earnings (PER) yang menyentuh di atas 100 kali. "Saham-saham tersebut sudah sempat menyentuh all time high dan saat ini cenderung terkoreksi. Diperkirakan karena faktor
profit taking," kata Praska. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menambahkan, sinyal pembalikan arah saham milik Prajogo Pangestu, sebenarnya sudah tampak sejak akhir November 2023. Terlihat dari penurunan aktivitas perdagangannya, yang membuka potensi goncangan harga akibat aksi
profit taking. Selain itu, aksi korporasi berupa akuisisi seperti yang dilakukan CUAN kepada PTRO atau BREN pada perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sudah diantisipasi oleh pasar. William memprediksi, adanya ekspektasi BREN akan masuk indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) pada Februari nanti juga belum tentu memberikan dampak signifikan. Sehingga, William melihat saat ini sentimen yang bisa kembali menggerakkan saham-saham Prajogo Pangestu adalah kinerja perusahaan masing-masing. "Sejauh ini kan aksi korporasinya bagus-bagus, tinggal apakah aksi tersebut bisa dibuktikan di laporan keuangan atau tidak. Kalau berhasil, maka harga akan menguat lagi," imbuhnya. Soal proyeksi BREN akan masuk dalam
rebalancing indeks MSCI, William mengingatkan hal itu justru perlu diwaspadai. Lantaran ada potensi masuknya saham ke indeks tertentu malah bisa mengakhiri tren naik saham tersebut. "Soal berapa dalam, enggak ada yang bisa mengukur. Tapi secara historis, sentimen indeks tidak selalu berakhir bagus," terang William. Praska punya pandangan serupa. Dia memprediksi proyeksi masuknya BREN ke indeks MSCI tidak akan signifikan mendongkrak harga karena prospek potensial BREN sudah diantisipasi sebelumnya oleh pasar. Praska sepakat, sentimen penggerak saham Prajogo Pangestu saat ini lebih ke arah bagaimana kinerja mereka pada rilis selanjutnya atau setidaknya hingga semester I-2024. Sedangkan Sukarno menimpali, proyeksi BREN masuk ke indeks MSCI bisa menjadi kesempatan untuk aksi
profit taking. Namun melihat posisi saat ini, pelaku pasar bisa mempertimbangkan untuk
trading sell pada saham BREN maupun saham-saham Prajogo Pangestu lainnya. William punya saran serupa, dengan merekomendasikan
sell on strength pada semua saham Prajogo. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana sepakat bahwa saat ini Grup Barito sedang ada di fase
downtrend-nya. Rekomendasi untuk saham BRPT, TPIA, BREN dan PTRO cenderung sama. Menurut Herditya, pelaku pasar lebih baik
wait and see terlebih dulu sembari mencermati akan adanya sinyal
reversal, karena koreksinya saat ini masih agresif. Sedangkan untuk CUAN, investor juga perlu waspada karena secara historis, setelah lepas suspensi akan rawan terjadi koreksi. Berikut update target support - resistance yang bisa dipertimbangkan untuk BRPT, BREN, TPIA dan PTRO menurut Herditya: Saham BRPT: Support: Rp 1.050 Resistance: Rp 1.210 Saham BREN Support: Rp 5.300 Resistance: Rp 5.900 Saham TPIA Support: Rp 3.740 Resistance: Rp .4600 Saham PTRO
Support: Rp 4.380 Resistance: Rp 4.930. Itulah rekomendasi saham milik orang terkaya Indonesia untuk perdagangan hari ini, Rabu 10 Januari 2024. Ingat, segala keputusan pembelian dan penjualan saham menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto