KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sejumlah saham hasil penawaran perdana atau initial public offering (IPO) pada kuartal kedua tahun 2022 mengalami penurunan harga. Apakah sekarang saatnya untuk membeli saham-saham hasil IPO tersebut? Atau investor harus menjual saham hasil IPO itu? Pada kuartal kedua tahun ini, Bursa Efek Indonesia setidaknya mencatat sembilan perusahaan yang melaksanakan IPO. Lima dari sembilan saham yang baru IPO tersebut terpantau mengalami penurunan harga saham dalam sebulan terakhir. Jika mengacu data RTI, harga saham PT WIR Asia Tbk (
WIRG) melemah 21,33% dalam sebulan terakhir. Harga saham WIRG pada perdagangan Senin 20 Juni 2022 berada di level 590 turun 40 poin atau 6,35% dibandingkan hari sebelumnya.
Kedua ada harga saham Teladan Prima Agro Tbk (
TLDN) juga turun 4,41% dalam satu bulan terakhir. Harga saham TLDN pada perdagangan Senin 20 Juni 2022 di level 650, stabil dibandingkan hari sebelumnya. Harga saham PT Winner Nusantara Jaya Tbk (
WINR) melemah 23,65% dalam sebulan terakhir. Harga saham WINR pada perdagangan Senin 20 Juni 2022 di level 113 naik 4 poin atau 3,67% dari hari sebelumnya.
Baca Juga: Harga Bitcoin Hari Ini (20/6) Naik, Ini Strategi Investasi Kripto Saat Winter Harga saham PT Indo Boga Sukses Tbk (
IBOS) turun 10,83% dalam periode yang sama. Harga saham IBOS pada perdagangan Senin 20 Juni 2022 di level 107 turun 1 poin atau 0,93% dibandingkan hari sebelumnya. Harga saham PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (
ASHA) melemah 29,48% dalam sepekan terakhir. Harga saham ASHA pada perdagangan Senin 20 Juni 2022 ditutup di level 244 turun 18 poin atau 6,87% dari hari sbeleumnya. Sementara itu, saham PT Sigma Energy Compressindo Tbk (
SICO) menguat 50,42% dalam sebulan terakhir, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) naik 32,14% dalam sebulan terakhir, PT Murni Sadar Tbk (
MTMH) juga menguat 52,15% dalam sebulan terakhir, dan PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (
OLIV) naik 2% pada periode yang sama.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana mencermati, pergerakan saham yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia mayoritas dipengaruhi oleh
supply dan
demand-nya. Biasanya, sambung Radit, proses ini berjalan selama 2 hingga 3 tahun. "Saham-saham tersebut mencerminkan performa yang sebenarnya ketika sudah menginjak tahun ke 3 atau 4 selama
listing di Bursa Efek Indonesia," ujar Raditya pada Kontan, Senin (20/6). Lebih lanjut ia mengungkapkan, efek dari kenaikan suku bunga The Fed sebenarnya lebih berpengaruh negatif terhadap saham-saham teknologi. Hal ini karena dapat meningkatkan beban bunga emiten-emiten teknologi. Sebagai tambahan informasi, emiten-emiten teknologi biasanya memiliki rasio DER yang tinggi karena menerapkan strategi 'bakar duit' di awal-awal berdirinya. Dapat berkaca juga dari Wall Street, Indeks Nasdaq adalah Indeks yang paling terpengaruh negatif dengan katalis kenaikan suku bunga jika dibandingkan dengan Dow Jones dan S&P 500. Dari jajaran saham-saham baru yang melantai di kuartal dua tahun ini, Ia menilai saham GOTO menarik dicermati. GOTO menjadi menarik karena memiliki
market cap besar dan ekosistem bisnis solid.
Baca Juga: Simak Proyeksi Saham TOTL, ACST, dan NRCA di Tengah Potensi Kenaikan Suku Bunga Untuk saat ini, ia bilang GOTO jika mampu
break resistence pada area 388, maka akan mengalami penguatan ke area Rp 446. Batasi risiko apabila GOTO menembus level
support penting di area Rp 344. Sebagai catatan untuk saham-saham IPO, ia memberikan saran TP secukupnya berdasarkan subjektif dari preferensi masing-masing investor, mengingat saham-saham IPO volatilitasnya terbilang sangat tinggi. Itulah rekomendasi saham setelah IPO tahun 2022 ini. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto