Harga saham-saham perusahaan milik Benny Tjokro sulit untuk naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Hanson International Tbk (MYRX) Benny Tjokrosaputro ditahan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Selasa (14/1).

Berdasarkan data dari RTI, saat ini Benny Tjokro tercatat sebagai pemegang saham di beberapa preusahaan. Diantranya, MYRX sebesar 4,20% atau sebanyak 3,68 miliar saham, PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA) sebagai pemegang 747,79 juta saham setara 9,71%. Benny Tjokro juga tercatat memiliki saham PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO).

Menurut kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan, penahanan Benny Tjokro  tidak akan mempengaruhi operasional perusahaan. Selama emiten-emiten tersebut bisa membuktikan kinerja yang bagus, dapat dikatakan performanya bisa kembali seperti sebelumnya.


Baca Juga: Kepolisian mulai menyelidiki dugaan korupsi di Asabri

Sekadar infromasi, harga saham-saham perusahaan yang dimiliki Benny Tjokro saat ini berada pada level Rp 50 atau saham gocap. Meskipun masih memiliki potensi untuk membaik, Alfred bilang penahanan Benny Tjokro akan berat bagi saham-saham itu keluar dari saham gocap.

"Pilihan bagi investor di bursa cukup banyak saham-sahamnya. Secara sederhana, dengan adanya kasus-kasus tadi keengganan pasar menyentuh saham tersebut cukup besar," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1).

Baca Juga: Ini strategi Hanson International (MYRX) kembalikan dana kreditur

Asal tahu saja, kepemilikan publik terhadap ketiga saham di atas terhitung cukup besar. Publik memegang 90,34% atau 78,33 miliar saham MYRX. Sementara di NUSA, publik memegang 83,73% atau setara 6,44 miliar saham. Untuk saham RIMO, publik memiliki 37,75 miliar saham atau setara 83,74%.

Bagi investor yang memiliki saham-saham tersebut dalam portofolionya, Alfred menyarankan untuk menunggu momentum rebound saham-saham tersebut. "Saya melihat berdasar laporan keuangan yang disajikan, harga saat ini dari sisi book value memang cukup murah," kata Alfred.

Dia menambahkan, untuk saham-saham properti seperti RIMO dan MYRX yang biasanya memiliki aset atau ekuitas dalam bentuk properti, asetnya memungkinkan naik tiap tahun.

Baca Juga: Benny Tjokro ditahan Kejaksaan Agung, Erick Thohir angkat bicara

Diharapkan, akan ada momentum yang memungkinkan saham-saham ini bisa rebound, misalnya dari operasional di kuartal I 2020 yang baik. Dengan demikian, investor akan memiliki kesempatan menjual di harga yang lebih baik.

Sebab, untuk cut loss saham-saham saat ini pun akan berat karena di pasar negosiasi harganya bisa turun hingga 50% menjadi Rp 20 hingga Rp 25 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati