KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (
SAMF) ditutup menguat 23,12% ke harga Rp 1.065 per saham pada perdagangan Senin (10/5). Dalam seminggu, saham ini melesat hingga 145,39%. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, belum ada faktor yang jelas pendorong kenaikan harga SAMF. Ia bilang dari sisi kinerja kuartal pertama tahun ini memang mencatat pertumbuhan pendapatan tapi labanya mengalami penurunan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan SAMF di kuartal I-2021 mencapai Rp 296,72 miliar atau naik 14,03% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang sebesar Rp 260,22 miliar.
“Paling kalau kita hubungkan bisa jadi ekspektasi pasar akan kinerja ke depannya yang bisa menjadi lebih baik lagi,” ungkap Sukarno, Senin (10/5).
Baca Juga: Saham Saraswanti Anugerah (SAMF) melesat 145,39% sepekan, ini sebabnya Yang pasti, jika dilihat dari transaksi sejak tanggal 3 Mei sampai sekarang dari awal kenaikan harga yang melakukan net sell hanya ada 2 broker yaitu PT Surya Fajar Sekuritas (SF) & PT MNC Sekuritas (EP) masing-masing dengan volume 72.661 lot dan 71.379 lot. Sedangkan yang
net buy 3 teratas ada PT Indo Premier Sekuritas (PD), Mirae Asset Sekuritas (YP) dan PT Mandiri Sekuritas (CC). Sukarno melihat, pasar pupuk di Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi, tak terkecuali untuk SAMF. Hal ini karena potensi kebutuhan pupuk masih besar. “Sedangkan tantangannya terletak di bahan bakunya. Jika SAMF mampu menekan cost baik itu dari bahan baku atau operasional dapat menjadi peluang kinerjanya bagus. Karena saat ini meskipun pendapatan tumbuh tapi laba turun karena faktor kenaikan bebannya,” paparnya.
Menurut Sukarno, saat ini saham SAMF tergolong mahal lantaran PBV sudah berada di 7,01 kali dan PE di 73,95 kali. Karena sudah naik tinggi, Sukarno bilang saham SAMF berisiko turun cukup dalam seiring antisipasi aksi profit taking. Oleh karena itu ia menyarankan pelaku pasar untuk
wait and see lebih dulu saham ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli