Harga saham TINS, PTBA, ANTM dalam tren naik, mana yang masih prospek untuk dibeli?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham perusahaan pelat merah seperti TINS, PTBA dan ANTM meningkat pesat dalam sebulan terakhir. Di tengah tren kenaikan harga saham, apakah TINS, PTBA dan ANTM masih prospektif untuk dibeli?

TINS adalah kode saham dari PT Timah Tbk. Harga saham TINS pada perdagangan Selasa 5 Oktober 2021 di level 1.605.00, naik 100 atau 6,64% dalam sebulan terakhir. 

ANTM adalah kode saham dari PT Aneka Tambang Tbk. Harga saham ANTM pada perdagangan Selasa 5 Oktober 2021 di level 2.300, turun 80 poin atau -3,36% dalam sebulan terakhir. Namun, dalam lima hari terakhir, harga saham ANTM naik 40 atau 1,77%.


PTBA adalah kode saham PT Bukit Asam Tbk. Harga saham PTBA pada perdagangan Selasa 5 Oktober 2021 di level 2.840.00, naik 530 atau 22,94% dalam sebulan terakhir.

Sejumlah analis prediksi harga saham TINS, ANTM dan PTBA memiliki prospek cerah hingga akhir tahun ini. Harga saham TINS, ANTM dan PTBA akan melaju karena kinerja yang bagus setelah kenaikan harga komoditas tambang seperti timah, nikel, dan batubara.

Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya mengatakan, PT Timah Tbk (TINS) bisa menjadi penyokong kinerja holding MIND ID hingga akhir tahun. Moncernya kinerja TINS diproyeksi terjadi karena memang harga timah sudah meningkat 69% secara year-to-date (ytd).  

“Jadi tentunya akan bertranslasi kepada peningkatan pendapatan, walaupun saat ini harga timah sedang terkoreksi dari US$ 37.500 menjadi US$ 35.575 per ton,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Senin (4/10).

Baca Juga: Rapor hijau emiten tambang BUMN, mana yang kinerjanya paling mentereng?

Ditambah lagi, PT Timah menertibkan pertambangan ilegal di kawasan izin usaha pertambangan (IUP) milik TINS pada semester kedua ini. Prospek TINS juga dipoles oleh proyek TSL Ausmelt Furnace milik TINS yang memiliki waktu commercial operation date (COD) pada awal tahun 2022.

Smelter tersebut dapat mengolah hingga 40.000 ton timah (Sn) dan dapat melebur biji timah dengan kadar yang lebih rendah. Hal tersebut berdampak pada penurunan biaya produksi, efisiensi, dan peningkatan produksi logam timah yang lebih ramah lingkungan.

Timothy menilai, harga timah masih dapat bertahan atau akan meningkat hingga akhir tahun, didorong oleh meningkatnya kebutuhan timah di pasar global serta ketersediaan yang terbatas akibat dari Covid-19. Terdapat penurunan produksi dari negara penghasil timah terbesar seperti Indonesia dan Malaysia yang terdampak pandemi serta Myanmar yang mengalami situasi politik.

Baca Juga: Indeks saham sektor energi mencetak kinerja tertinggi ketiga dipicu harga komoditas

Editor: Adi Wikanto