KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan pantauan di RTI pada Jumat (30/11) pukul 14.43 WIB, harga saham JSMR berada di Rp 4.160 per saham, turun 34,11% secara year to date (ytd). Sepanjang tahun 2018, saham emiten BUMN naik turun hingga menyentuh level terendah di angka Rp 3.820. Padahal, pada pembukaan perdagangan awal tahun ini, harga saham masih berada di angka Rp 6.115. Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani menyebut, turunnya harga saham perseroan merupakan imbas dari ketidakstabilan kondisi makro ekonomi. Ketidakstabilan tersebut menyebabkan pasar modal menjadi tidak kondusif. “Itu dari makronya. Kalau harga saham itu ada dua, fundamental sama marketnya, fundamental kami kan baik–baik saja, artinya kami terbawa kondisi pasar,” kata Desi usai meninjau proyek Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) di Bekasi, Kamis (29/11). Desi melihat, ketidakstabilan kondisi makro ekonomi ini melalui keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate (7DRR) sebanyak total 175 basis poin (bps) sepanjang tahun 2018. Pada 15 November lalu BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6%.
Harga saham turun, ini komentar bos Jasa Marga (JSMR)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan pantauan di RTI pada Jumat (30/11) pukul 14.43 WIB, harga saham JSMR berada di Rp 4.160 per saham, turun 34,11% secara year to date (ytd). Sepanjang tahun 2018, saham emiten BUMN naik turun hingga menyentuh level terendah di angka Rp 3.820. Padahal, pada pembukaan perdagangan awal tahun ini, harga saham masih berada di angka Rp 6.115. Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani menyebut, turunnya harga saham perseroan merupakan imbas dari ketidakstabilan kondisi makro ekonomi. Ketidakstabilan tersebut menyebabkan pasar modal menjadi tidak kondusif. “Itu dari makronya. Kalau harga saham itu ada dua, fundamental sama marketnya, fundamental kami kan baik–baik saja, artinya kami terbawa kondisi pasar,” kata Desi usai meninjau proyek Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) di Bekasi, Kamis (29/11). Desi melihat, ketidakstabilan kondisi makro ekonomi ini melalui keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate (7DRR) sebanyak total 175 basis poin (bps) sepanjang tahun 2018. Pada 15 November lalu BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6%.