KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alphabet Inc. perusahaan induk Google dilaporkan kehilangan laba di kuartal ketiga 2019 seiring penurunan saham sedalam 2% dalam perdagangan di pasar modal Senin lalu (29/10). Dilansir dari
Marketwatch, Senin (29/10), perusahaan yang berbasis di California ini hanya mengantongi laba bersih sebesar US$ 7,07 miliar atau setara US$ 10,12 per saham. Padahal tahun lalu, perusahaan masih mampu mencatatkan laba senilai US$ 13,06 per saham. Ketika laba turun, pendapatan Alphabet Inc naik 20% yoy mencapai US$ 40,5 miliar. Analis yang disurvei oleh FactSet memperkirakan pendapatan tersebut berasal dari US$ 12,28 per bagian dari nilai Rp 40,3 miliar.
Baca Juga: Diserang AS di pasar global, pangsa pasar Huawei di China terus menggemuk Penurunan laba tersebut terkait dengan kerugian investasi ekuitas sebesar US$ 1,5 miliar selama kuartal tiga. Dave Heger, seorang analis ekuitas senior di Edward Jones menyebut bisnis properti Google menyumbang pendapatan induk sebesar US$ 28,65 miliar atau naik 19% dari US$ 24,05 miliar pada kuartal tahun lalu. Pendapatan iklan Google juga meningkat 17% menjadi US$ 33,9 miliar. Perusahaan juga mengumumkan pembelian kembali hingga US$ 25 miliar sebagai pemasukan tambahan dari saham kelas C-nya. Alphabet juga dilaporkan telah mengajukan penawaran untuk mengakuisisi perusahaan jam tangan pintar Fitbit Inc. Biaya akuisisi ini hampir mencapai US$ 7,5 miliar, atau lebih tinggi dari perkiraan FactSet US$ 7,4 miliar. Peningkatan pendapatan sejalan dengan pengeluaran modal. Belanja modal Google meningkat menjadi US$ 6,73 miliar dari sebelumnya US$ 5,28 miliar pada kuartal tahun lalu karena perusahaan melipatgandakan tenaga penjual di sistem cloud serta memperluas operasi di Silicon Valley dan Seattle. Google juga punya pendapatan lain dari perangkat keras seperti telepon Pixel dan produk
cloud, yang melonjak 39% menjadi $ 6,43 miliar. Alphabet mengatakan pendapatan termasuk bisnis taruhan, termasuk dari anak perusahaan di luar bisnis Google, di antaranya perusahaan mobil tanpa supir Waymo, yang naik sedikit demi sedikit dari tahun ke tahun pada posisi US$ 155 juta.
Baca Juga: Dibayangi sanksi AS, bank di Malaysia menutup rekening milik warga Iran "Saya sangat senang dengan kemajuan yang kami capai di kuartal ketiga. Mulai dari kemajuan baru-baru ini dalam pencarian dan komputasi kuantum hingga pertumbuhan pendapatan yang kuat yang didorong oleh pencarian seluler, YouTube dan
cloud," kata Kepala Eksekutif Google Sundar Pichai.
Pichai mengatakan adanya kemitraan
cloud dengan Mayo Clinic dan lainnya, walaupun tidak menjelaskan berapa bajet yang dikeluarkan dari kemitraan tersebut.
Chief Financial Officer Google Ruth Porat secara samar-samar mencatat pertumbuhan signifikan untuk bisnis
cloud di setiap wilayah geografis. Google mengatakan bisnis
cloud computing mencatatkan pemasukan senilai US$ 8 miliar di kuartal II 2019. Artinya, penjualan
cloud meningkat dua kali lipat dalam waktu kurang dari 18 bulan. Keuntungan Google telah menyebabkan kompetisi makin berat sehingga mengikis tingkat pertumbuhan bagi pemimpin pasar seperti Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp di pasar layanan
cloud publik global, yang diproyeksikan akan tumbuh menjadi US$ 221,6 miliar pada 2019 dan mencapai US$ 344,9 miliar pada tahun 2022, menurut perusahaan riset Gartner.
Baca Juga: Iran dan Rusia kutuk keputusan AS yang pertahankan militernya di Suriah Editor: Tendi Mahadi