Harga saham WSKT WIKA PTPP ADHI melesat per Oktober 2021, apakah masih bagus dibeli?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham badan usaha milik negara (BUMN) bidang konstruksi seperti WIKAWSKTADHI, dan PTPP melesat sepanjang Oktober 2021. Apakah tren kenaikan harga saham WIKAWSKTADHI, dan PTPP masih akan berlanjut?

Lalu, apakah saham-saham WIKAWSKTADHI, dan PTPP  masih prospek untuk dibeli? Mari kita simak rekomendasi analis terhadap saham WIKAWSKTADHI, dan PTPP tersebut.

WIKA adalah kode saham dari PT Wijaya Karya Tbk. Harga saham WIKA pada penutupan perdagangan hari Kamis 7 Oktober 2021 di level Rp 1.325, naik 125 poin atau 10,42% sejak 1 Oktober 2021.


Pada periode yang sama, harga saham WSKT di level Rp 990 naik 155 atau 18,56%. WSKT adalah kode saham PT Waskita Karya Tbk.  

ADHI adalah kode saham dari PT Adhi Karya Tbk. Harga saham ADHI di level Rp 1.095, naik 135 poin atau 14,06%.

PTPP adalah kode saham PT PP Tbk. Harga saham PTPP naik 7,83% menjadi Rp 1.170.

Analis Erdhika Elit Sekuritas, Regina Fawziah menilai faktor yang membuat kenaikan dari saham-saham WIKAWSKTADHI, dan PTPP itu diantaranya karena adanya pemulihan ekonomi yang terjadi di kuartal keempat 2021. Sejak pandemi Covid-19 berlangsung dari tahun 2020 hingga kuartal ketiga 2021 emiten konstruksi masih tertekan.

Ketika PPKM berlangsung pada kuartal ketiga 2021, emiten-emiten pelat merah ini juga cukup terdampak meskipun beberapa proyek terutama proyek strategis nasional (PSN) tetap diperbolehkan berjalan. Menurut Regina, kuartal keempat 2021 merupakan momentum bagi emiten sektor seperti konstruksi untuk rebound.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) raih kontrak baru sebesar Rp 11,42 triliun hingga kuartal ketiga

"Ini seiring dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas publik serta penurunan kasus Covid-19 yang saat ini sudah mencapai pada level terendah pada awal tahun 2021 atau dengan kata lain sudah mulai terkendali," kata Regina kepada Kontan.co.id, Selasa (5/10).

Peningkatan harga saham WIKAWSKTADHI, dan PTPP juga didorong dari anggaran infrastruktur tahun 2022 yang ditetapkan sebesar Rp 384,8 triliun. Dengan asumsi kasus Covid-19 terus terkendali hingga tahun depan dan adanya berbagai proyek infrastruktur yang mulai kembali dikerjakan, emiten konstruksi menghadapi katalis positif. 

Regina prediksi penguatan saham emiten konstruksi seperti WIKAWSKTADHI, dan PTPP dapat bertahan hingga tutup tahun.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Joshua Michael menilai, penguatan harga saham WIKAWSKTADHI, dan PTPP bisa bertahan apabila didorong oleh pemberitaan yang positif. Di sisi lain, dia menilai valuasi emiten BUMN Karya cukup baik.

"Price to book value ratio (PBV) mereka umumnya saat ini masih di bawah 1 kali," ujar Joshua.

Baca Juga: Window dressing sudah dimulai, simak saham-saham blue chip yang menarik diburu

Mirae Asset rekomendasi buy untuk saham PTPP dan ADHI dengan target harga masing-masing Rp 1.500 per saham dan Rp 1.150 per saham. Mirae rekomendasi hold untuk saham WIKA dan WSKT dengan target harga masing-masing Rp 1.250 per saham dan Rp 800 per saham.

Sementara Regina, menilai secara valuasi berdasarkan mean PBV Standard Deviation 0,67x untuk ADHI tergolong sudah hampir mendekati harga wajar sehingga rawan terkoreksi. Demikian halnya dengan WSKT berdasarkan mean PBV Standard Deviation 1,49x bvps 574 didapat fair price yang tergolong downside.

Sedangkan untuk WIKA berdasarkan mean PBV Standard Deviation 0,94x dengan BVPS 1535 diperoleh harga wajar Rp 1.440 dengan potensi kenaikan 10,14%. "Sehingga menurut kami meskipun dari ketiga emiten konstruksi tersebut ada potensi terkoreksi dalam jangka pendek, tetapi untuk WIKA masih cukup menarik untuk dicicil beli di harga Rp 1.250 atau buy on weakness dengan level resistance Rp 1.400-Rp 1.440," pungkas Regina.

Itulah rekomendasi saham BUMN konstruksi seperti WIKAWSKTADHI, dan PTPP. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasin saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Selanjutnya: GoTo Akuisisi Lagi 6,74% Saham MPPA dari Multipolar, Kepemilikannya Menjadi 11,5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto