Harga sapi impor terus menggila



JAKARTA. Menjelang akhir tahun ini, harga sapi dunia terus merangsek naik. Kemarin, harga sapi hidup di Chicago Mercantile Exchange sudah mencapai US$ 2,29 per kilogram (kg) atau sekitar Rp 20.691 per kg. Harga ini sudah naik 5,14 % dibanding harganya di awal Oktober sebesar US$ 2,178 per kg. Doug Houghton, Analis Asosiasi Brock di Milwaukee, seperti dikutip Bloomberg, mengatakan, kenaikan harga itu terjadi karena konsumen memborong daging sebelum perayaan Natal dan Tahun Baru. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat menunjukkan, penjualan sapi hidup oleh para eksportir pada Minggu kedua November sudah mencapai 19.344 metrik ton. Jumlah ini melonjak 49% dibanding penjualan pada minggu sebelumnya.Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) mencatat, selain di Amerika Serikat, kenaikan harga sapi juga terjadi di Australia. Harga sapi hidup dari Negeri Kanguru bulan ini sudah mencapai US$ 2,6 per kg atau sekitar Rp 23.400 per kg. Harga ini naik dibanding September lalu sebesar US$ 2,25 per kg. Menurut Dayan Antoni, Koordinator Apfindo, kenaikan harga selalu terjadi setiap akhir tahun seiring tingginya permintaan. Setelah ditambah biaya lain-lain, seperti karantina dan transportasi sampai di kandang, sebesar Rp 1.000 per kg, harga sapi hidup asal Australia mencapai Rp 24.400 per kg. Padahal, harga jual sapi hidup impor di Indonesia cuma Rp 23.000 per kg. “Kalau dihitung secara dagang kita mengalami kerugian,” kata Dayan kepada KONTAN, Senin (22/11). Ia mengakui, kenaikan harga tersebut membuat margin yang dikantongi importir bibit sapi (sapi bakalan) tergerus. Selama ini, seluruh impor sapi bakalan berasal dari Australia. Para importir memilih memasok dari Australia karena lokasinya paling dekat dibanding negara lain, sehingga biaya pengiriman lebih murah. Apalagi, sapi jenis brahman asal Australia memang bisa digemukkan di Indonesia.Untungnya, imbuh Dayan, kerugian tadi bisa ditutup dari keuntungan hasil penggemukan. Sebagai gambaran, sapi bakalan asal Australia digemukkan di Indonesia selama 90 hari. Dalam sehari penggemukan, bobot sapi bisa bertambah seberat 1,5 kg atau setara dengan Rp 34.500. Adapun biaya penggemukan sapi berkisar Rp 15.000 sampai Rp 22.000 per hari. Itu berarti, dari seekor sapi, peternak mampu meraup margin keuntungan dari penggemukan sebesar Rp 12.500 hingga Rp 19.500 per hari. Untuk menambah margin, peternak bisa memperpanjang masa penggemukan menjadi 150 hari. Itu sebabnya, kendati harganya naik, para pengusaha tidak khawatir mendatangkan sapi bakalan impor. Tahun ini, importir sapi bakalan masih akan menambah pasokan hingga 50.000 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan di bulan November dan Desember 2010. Tambahan ini di luar dari jatah yang ditetapkan pemerintah sebelumnya sebanyak 450.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: