KONTAN.CO.ID - Menjelang hari raya Idul Adha 1 September, harga sapi kurban mulai naik 15%-20%. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengungkap, saat ini harga sapi kurban bisa mencapai Rp 60.000-Rp 65.000 per kilogram (kg) dari yang sebelumnya hanya Rp 55.000 per kg. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ilham Akhmadi, salah satu pelaku usaha pemotongan sapi di Yogyakarta, sekaligus Ketua Asosiasi Pengusaha Daging Sapi Yogyakarta. Dia mengatakan terjadi kenaikan harga sapi kurban dari Rp 15 juta menjadi Ro 18 juta untuk bobot sekitar 300 kg, dan sapi kurban dari harga Rp 18 juta menjadi Rp 21 juta untuk bobot sekitar 400 kg. Menurut Rochadi, kenaikan harga ini terjadi karena dua faktor. Pertama, adalah adanya permintaan yang tinggi karena diperuntukkan demi tujuan ibadah. Faktor kedua, adalah adanya pasokan yang kurang. "Harga dapat dilihat dari supply dan demand. Kalau stoknya sedikit, sementara permintaannya banyak, itu bisa menyebabkan harga tinggi," ungkap Rochadi kepada KONTAN, Minggu (13/8).
Harga sapi naik 20% menjelang Idul Adha
KONTAN.CO.ID - Menjelang hari raya Idul Adha 1 September, harga sapi kurban mulai naik 15%-20%. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengungkap, saat ini harga sapi kurban bisa mencapai Rp 60.000-Rp 65.000 per kilogram (kg) dari yang sebelumnya hanya Rp 55.000 per kg. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ilham Akhmadi, salah satu pelaku usaha pemotongan sapi di Yogyakarta, sekaligus Ketua Asosiasi Pengusaha Daging Sapi Yogyakarta. Dia mengatakan terjadi kenaikan harga sapi kurban dari Rp 15 juta menjadi Ro 18 juta untuk bobot sekitar 300 kg, dan sapi kurban dari harga Rp 18 juta menjadi Rp 21 juta untuk bobot sekitar 400 kg. Menurut Rochadi, kenaikan harga ini terjadi karena dua faktor. Pertama, adalah adanya permintaan yang tinggi karena diperuntukkan demi tujuan ibadah. Faktor kedua, adalah adanya pasokan yang kurang. "Harga dapat dilihat dari supply dan demand. Kalau stoknya sedikit, sementara permintaannya banyak, itu bisa menyebabkan harga tinggi," ungkap Rochadi kepada KONTAN, Minggu (13/8).