Harga Sewa Ritel Naik 3%, Dampaknya Okupansi Turun Tipis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsultan properti Knight Frank Indonesia melaporkan bahwa rata-rata harga sewa ruang ritel di Jakarta mengalami peningkatan sebesar 3 persen dibandingkan semester sebelumnya, mencapai Rp782.010 per meter persegi per bulan. Selain itu, biaya service charge rata-rata juga mengalami kenaikan menjadi Rp162.320 per bulan.

Namun demikian, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, mengungkapkan bahwa tingkat okupansi ruang ritel secara keseluruhan justru mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan tingkat hunian saat ini berada di angka 77,79 persen.

Syarifah menjelaskan, ada perbedaan mencolok dalam tingkat hunian antara ritel sewa dan ritel strata. Ritel sewa memiliki tingkat okupansi yang lebih tinggi, mencapai 85,37 persen, sedangkan ritel strata hanya mencatatkan okupansi sebesar 60,86 persen. Total pasokan ruang mal di Jakarta saat ini tetap berada pada 4.534.703 meter persegi.


Baca Juga: Family Office Belum Mendesak dan Diragukan Bisa Mendorong Ekonomi

"Sebagian besar penyewa utama di pusat perbelanjaan saat ini terdiri dari departemen store, toko peralatan rumah tangga, tempat hiburan, toko furnitur, serta toko pakaian olahraga," ujarnya dalam paparannya pada Kamis (12/9).

Menurut analisis Knight Frank, penurunan daya beli kelas menengah dan perubahan pola belanja masyarakat, yang kini lebih banyak beralih ke belanja daring, berdampak besar pada sektor ritel. General Manager Knight Frank Indonesia, Frank Tumewa, menjelaskan bahwa masyarakat kini lebih selektif dalam pengeluaran mereka, lebih memilih berbelanja online demi mendapatkan potongan harga.

"Karena kenaikan biaya hidup, masyarakat lebih berhati-hati dan irit dalam pengeluaran. Mereka pergi ke mal hanya untuk melihat dan mencoba produk, tetapi membelinya secara online karena ada diskon, poin, dan harga yang lebih murah. Hal ini secara otomatis berdampak negatif pada kondisi ritel di mal," jelas Frank.

Sementara itu, Syarifah menambahkan bahwa sektor ritel kelas B dan C, khususnya ritel strata, mengalami tekanan yang lebih dalam dibandingkan dengan ritel di kelas grade A dan premium grade A yang masih menunjukkan performa yang relatif stabil. Untuk meningkatkan permintaan sewa dan okupansi di mal, Knight Frank merekomendasikan penambahan fasilitas pameran dan unit kuliner (F&B).

Syarifah juga mencatat bahwa sektor F&B terus tumbuh dengan segmen yang bervariasi. Inovasi di sektor ini tidak hanya terjadi di ruang ritel premium grade A dan grade A, tetapi juga cukup signifikan di sektor ritel kelas B dan C.

"Kami melihat bahwa inovasi dalam ritel cukup mampu menyesuaikan dengan pasar saat ini. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa volume belanja, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, di segmen yang lebih rentan tetap akan mempengaruhi performa sektor ritel secara keseluruhan," imbuhnya.

Baca Juga: Pemerintah Bidik Setoran Pajak Orang Super Kaya

Knight Frank memproyeksikan bahwa pada semester II-2024 akan ada tiga pusat ritel baru yang akan beroperasi di Jakarta, yakni Retail Podium Thamrin Nine, Holland Village Mall, dan Menara Jakarta, serta Fatmawati City Center di TB Simatupang. 

Syarifah menegaskan bahwa meskipun daya beli masyarakat terus menurun, ritel kelas menengah atas tetap menunjukkan kinerja positif dibandingkan dengan ritel kelas menengah bawah yang terdampak oleh tren belanja daring.

"Jika dihitung secara kumulatif, pasokan ritel baru akan terus bertambah hingga dua tahun ke depan di Jakarta. Sementara itu, rata-rata harga sewa secara keseluruhan telah meningkat sebesar 3,37 persen," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .