Harga sudah melambung tinggi, simak rekomendasi saham INCO dan ANTM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel yang terus melaju turut mengerek harga saham yang berkaitan dengan komoditas ini. Nah, dua emiten yang mendapat keuntungan dari penguatan harga nikel adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Mengutip RTI, dalam sepekan terakhir, saham ANTM telah menguat 34,37% ke level Rp 2.600. Dalam setahun, harga saham emiten tambang pelat merah ini sudah naik gila-gilaan, yakni mencapai 293,94%.

Hal yang sama juga dialami oleh INCO. Meskipun pada Jumat (8/1) sahamnya melemah 1,14% ke level Rp 6.500, tetapi saham perusahaan ini sudah melesat 27,45% dalam sepekan dan 126,48% dalam setahun terakhir.


Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, berdasarkan fundamental perusahaan, saat ini harga saham ANTM dan INCO sudah jauh di atas harga wajarnya. 

Baca Juga: Ada proyek rebuild furnace, simak proyeksi produksi Vale Indonesia (INCO) tahun ini

“Jadi para investor harus hati-hati dengan keadaan yang seperti ini,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (8/1).

Dengan harga yang sudah setinggi ini, Maryoki merekomendasikan jual untuk dua saham ini. Di mana target harga untuk ANTM ada di Rp 1.480 dan INCO pada Rp 4.530.

Sementara itu, saham ANTM dan INCO menjadi dua dari delapan saham pilihan utama (top picks) pilihan Mirae Asset Sekuritas Indonesia bulan ini. Analis Mirae Asset Hariyanto Wijaya dan Emma A. Fauni menilai, kedua saham produsen nikel ini atraktif.

Alasannya, kedua emiten ini berpotensi menerima manfaat dari kenaikan harga nikel saat ini. Selain itu, seiring meningkatnya permintaan nikel dari kenaikan produksi baja dan baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), ANTM dan INCO akan ketiban berkah tersendiri.

Adapun meningkatnya produksi baja di China didukung sektor infrastruktur China yang terus berkembang, serta adanya permintaan baja yang meningkat dari mega proyek One Belt One Road.

Perluasan aktivitas konstruksi China tercermin dalam aktivitas Purchasing Managers’ Index konstruksi China, yang naik menjadi 60,7 pada Desember 2020 (berbanding 59,8 pada November 2020). 

“Permintaan nikel yang lebih tinggi  yang berasal dari meningkatnya produksi baja China serta permintaan nikel yang meningkat dari segmen baterai kendaraan listrik juga terus mendorong harga nikel,” tulis Hariyanto dan Emma, Jumat (8/1).

Selanjutnya: Simak saham pilihan Mirae Asset Sekuritas untuk periode Januari 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari