KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) kurang menggembirakan. Mengutip RTI, sejak awal tahun atau secara
year-to-date, saham produsen semen merk Tiga Roda ini sudah melemah 23,49%. Dalam sebulan perdagangan, saham INTP melemah 12,8%. Namun, dalam sepekan perdagangan saham INTP menguat 4,48%. Lalu, bagaimana sebenarnya arah saham INTP ke depan? Analis Teknikal Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita Dewi mengatakan, saham INTP sejatinya bergerak
uptrend di dalam pola
parallel channel terhitung sejak pertengahan Agustus lalu.
Pada perdagangan Jumat (3/12), INTP berhasil ditutup hijau di atas
support lower channel sekaligus MA10 di angka 10.975, maka terbuka peluang untuk melanjutkan penguatan menuju MA50 di 11.250.
Baca Juga: Gelar buyback hingga Rp 3 triliun, ini harapan manajemen Indocement (INTP) Mayang menyebut, level ini bisa dijadikan area untuk
average up/tambah beli, dengan target terdekat pada MA20 di sekitar Rp 11.500, disusul titik
previous high sampai dengan
upper channel di seputaran Rp 12.950 per saham-Rp 13.300 per saham. “Seiring posisi saat ini yang berada di sekitar area
support, maka menarik untuk dilakukan
speculative buy, tentunya dengan disiplin dalam penerapan
money management,” terang Mayang kepada Kontan.co.id, Jumat (3/12). Asal tahu, INTP berencana untuk membeli kembali (
buyback) saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun. Sesuai POJK No.2/2013 dan SEOJK No.3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5%.
Baca Juga: Indocement (INTP) akan buyback saham hingga Rp 3 triliun Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP Antonius Marcos menyebut, pembelian kembali saham ini dilakukan karena INTP meyakini situasi ketidakpastian global yang terjadi saat ini. Ketidakpastian yang dimaksud mulai dari dampak akibat pandemi Covid-19 terutama kekhawatiran akan varian baru yang dapat berdampak pada diberlakukan kembali PPKM yang diperketat. Ada juga dampak dari kebijakan tapering Amerika Serikat (AS) yang dinilai akan dapat mengakibatkan pasar saham bergejolak. Hal lain datang dari sisi industri semen, yakni masalah kenaikan ongkos-ongkos produksi akibat kenaikan biaya energi seiring menanjaknya harga batubara. Selain itu, kenaikan harga bahan baku kertas membawa kekhawatiran tersendiri yang dapat mencemaskan para investor.
Fundamental INTP terbilang cukup solid. Per akhir kuartal ketiga 2021, konstituen indeks Kompas100 ini kompak membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih. INTP membukukan laba bersih senilai Rp 1,21 triliun, naik 8,24% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,11 triliun. Dari sisi
topline, INTP mengantongi pendapatan senilai Rp 10,61 triliun atau naik 4,5% dari pendapatan per akhir kuartal ketiga 2020 sebesar Rp 10,15 triliun.
Baca Juga: Samuel Sekuritas menurunkan rekomendasi saham Indocement (INTP), simak ulasannya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati