Harga SUN berpotensi naik hari ini



JAKARTA. Analis menghitung harga Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder pada perdagangan hari ini berpotensi menggemuk.

Pada Selasa (5/1), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price terpeleset 0,19% dibandingkan hari sebelumnya ke level 104,58.

Analis Fixed Income MNC Securitites I Made Adi Saputra memproyeksikan, harga SUN di pasar sekunder pada perdagangan Rabu (6/1) bakal menguat.


Faktor pendorongnya, meredanya tekanan pada kinerja mata uang Garuda.

Di pasar spot, Selasa (5/1) nilai tukar rupiah menguat 0,37% ke level Rp 13.892 per dollar Amerika Serikat (AS).

Katalis positif juga bersumber dari pelaksanaan lelang penjualan SUN pada Selasa (5/1) yang diserap Rp 12 triliun dari jumlah penawaran Rp 26,2 triliun.

"Tingginya jumlah penawaran yang masuk serta cukup kompetitifnya tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor pada lelang kemarin kami perkirakan akan menjadi faktor pendorong kenaikan harga SUN pada perdagangan hari ini," terkanya.

Namun, Made menilai, terangkatnya harga SUN hari ini bakal dibatasi oleh antisipasi pelaku pasar terhadap rilis beberapa data eksternal pekan ini.

Di antaranya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari ini waktu setempat serta data sektor tenaga kerja Amerika yang akan disampaikan pada akhir pekan nanti.

"Kedua data tersebut akan menjadi sinyal apakah Bank Sentral Amerika akan kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat ataukah masih akan melihat perkembangan ekonomi Amerika setelah kenaikan pertamanya pada bulan Desember 2015 lalu," paparnya.

Secara teknikal, Made menyebutkan harga SUN masih berada pada area konsolidasi sehingga dalam jangka pendek pergerakan harga obligasi pemerintah cenderung terbatas.

Oleh karena itu, Made menyarankan investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder.

"Kami masih menyarankan kepada investor untuk melakukan pembelian SUN bertenor pendek dibandingkan dengan tenor panjang dikarenakan kondisi saat ini selisih imbal hasil dari keduanya tidak begitu besar," jelasnya.

Sehingga, dengan tingkat imbal hasil yang serupa, risiko investor yang menempatkan dana pada instrumen tenor pendek lebih minim ketimbang pada instrumen tenor panjang.

Adapun obligasi negara yang boleh dijadikan pilihan adalah FR0069, FR0031, ORI012 serta FR0061.

"Untuk SUN bertenor panjang saat ini kami lebih merekomendasikan untuk posisi jual atau menunggu adanya koreksi lanjutan untuk dapat dilakukan akumulasi pembelian secara bertahap," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto