Harga SUN kemarin mendaki karena hal ini



JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) di pasar sekunder pada perdagangan Kamis (17/11) menguat.

Mengacu Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Kamis (17/11), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,1% dibandingkan hari sebelumnya ke level 110,76.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, pertumbuhan harga obligasi negara kemarin terutama dialami oleh SUN tenor panjang, lebih dari 10 tahun. Pemicunya, aksi beli investor akibat tingkat imbal hasil SUN yang sudah cukup atraktif.


"Imbal hasil SUN bertenor di atas 10 tahun rata-rata masih menawarkan tingkat imbal hasil berkisar antara 7,65% - 8,53% dengan rata-rata sebesar 8,23%," terangnya. Ini menarik bagi investor berhorizon investasi jangka panjang semisal dana pensiun maupun asuransi jiwa di tengah tren penurunan tingkat suku bunga deposito perbankan.

Namun, penguatan harga SUN masih bersifat terbatas. Sebab, nilai tukar rupiah kembali melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot, Kamis (17/11) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS melemah 0,21% di Rp 13.373 dibanding sehari sebelumnya.

Apalagi investor asing belum kembali aktif mengakumulasi obligasi negara. Bahkan harga beberapa seri SUN tenor pendek dan menengah merosot karena sebagian investor merealisasikan keuntungan (profit taking).

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir pada Kamis (17/11) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo rate di level 4,75%, suku bunga deposit facility 4%, serta lending facility 5,5%.

"Kebijakan tersebut sejalan dengan kehati-hatian Bank Indonesia dalam merespons peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global pasca pemilihan umum di AS," paparnya.

Dari dalam negeri, stabilitas makroekonomi cukup terjaga. Tercermin pada rendahnya inflasi dan defisit transaksi berjalan yang terkendali.

Keputusan BI tersebut sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar sehingga hanya berdampak terbatas terhadap pasar surat utang.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie