Harga SUN masih terus menguat



JAkarta. Harga Surat Utang Negara (SUN) menanjak selama dua pekan terakhir. Kerisauan terhadap ancaman inflasi yang mulai pudar menjadi alasan pemilik dana memborong obligasi pemerintah.

Pada penutupan perdagangan Jumat lalu (1/4), harga SUN seri FR0055 naik menjadi 99,66. Jika dihitung dari harga terendahnya di 2011, yaitu 94,25 (21/1), harga obligasi yang bertenor lima tahun ini sudah naik sekitar 5,74%.

Kenaikan harga SUN seri FR0054 yang bertenor 20 tahun lebih dahsyat lagi. Harga SUN ini mencapai 102,24, naik sekitar 11,57% dari posisi terendahnya di tahun 2011. Sementara yield SUN ini turun ke level 9,25% per tahun.


Para analis menilai, harga SUN cenderung menguat lantaran pasar menilai Indonesia sudah lepas dari tekanan inflasi. Alih-alih, Maret lalu, Indonesia malah mengalami deflasi sebesar 0,32%.

Apalagi, potensi return yang diberikan SUN juga masih cukup besar. "Spread antara yield obligasi Indonesia dengan US Treasury (obligasi negara Amerika) semakin besar," tutur ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, Sabtu lalu (2/4).

Hasilnya, investor asing kian rajin berburu SUN. Per 31 Maret lalu, dana investor asing yang berputar di SUN mencapai Rp 211,57 triliun. Angka ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Banjir dana investor asing juga tercermin pada kenaikan cadangan devisa. Cadangan devisa Indonesia yang masih US$ 99,6 miliar per akhir Februari 2011, melonjak hingga US$ 104,3 miliar per 25 Maret. Menurut Lana, investor asing mengincar SUN jangka menengah dan panjang.

Berpeluang naik

Perbankan juga menambah kepemilikannya di SUN. Pada tanggal 31 Maret lalu, kepemilikan perbankan di SUN mencapai Rp 230,38 triliun.

Analis pasar obligasi Trimegah Securities Imam M.S. melihat perbankan terus melanjutkan penempatan kelebihan likuiditas di SUN yang bertenor pendek. "Apalagi sekarang sudah terbit SPN bertenor tiga bulan," sebut Imam.

Para analis menilai, harga SUN berpeluang naik hingga pertengahan tahun ini. "Selama satu sampai dua bulan ini kekhawatiran terhadap inflasi rendah," ujar analis obligasi Bank Danamon Helmi Arman beberapa saat lalu.

Maklum saja, harga pangan diperkirakan masih tetap rendah hingga pertengahan tahun nanti. Maklumlah, saat ini dunia masih dalam masa panen. "Tapi setelah pertengahan tahun lewat harus kembali dilihat sentimen yang ada di pasar," ujar Helmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie