Harga SUN tenor panjang semakin mendaki



JAKARTA. Harga obligasi pemerintah masih menunjukkan tren rally, terutama untuk seri Surat Utang Negara (SUN) bertenor panjang.Pada awal pembukaan perdagangan, Kamis (19/7), pukul 08.52, harga seri benchmark bertenor 20 tahun FR0058 melonjak tajam ke posisi 120,37 dengan yield 6,42%. Dengan demikian, dalam empat hari belakangan, harga seri ini sudah melompat 377 basis poin (bps) dari 116,6 per 13 Juli.Begitu juga dengan seri FR0061 bertenor 10 tahun yang berada di level 110,12, naik 262 bps dar1 107,5 per 13 Juli.Dealer Fixed Income Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhammad Ikhsan mengamati, sejak beberapa negara di regional memangkas suku acuan mereka, pasar obligasi Indonesia kembali dibanjiri dana asing."Dana asing terus mengalir, terutama sejak Bank Sentral Korea Selatan memotong suku bunga acuannya 25 bps menjadi 3%," kata Ikhsan kepada KONTAN, Kamis (19/7). Saat ini, investor asing melihat pasar modal Indonesia lebih menjanjikan ketimbang negara asia lainnya.Faktor lainnya, lanjut Ikhsan, langkah Moody's Investor Service yang mempertahankan peringkat utang Indonesia di level Baa3. "Apalagi kalau nanti, perusahaan pemeringkat S&P menyematkan level investment grade kepada Indonesia pada tahun ini, kemungkinan harga SUN kita terus akan tancap gas," katanya.Dampak dari kenaikan harga tersebut menyebabkan spread yield antara SUN tenor pendek dan tenor panjang semakin menyempit. Hal ini juga menandakan, investor sedang menyusun portofolionya kembali terhadap SUN tenor panjang.Ikhsan memprediksi, resistance selanjutnya untuk harga FR0058 adalah di 122,5 dengan yield di 6,25%. "Kemungkinan akan ada koreksi setelah yield menyentuh 6,25," tambah Ikhsan.Sedangkan resitance harga untuk FR0060 adalah di 105. "Kenaikan harga lebih sedikit dibandingkan seri SUN bertenor panjang," jelas Ikhsan.Sepanjang bulan Ramadan nanti, Ikhsan memprediksi, pergerakan harga SUN akan sedikit tertahan karena volume transaksi yang cenderung sepi. "Volume transaksi harian berpotensi turun 20%-30% selama bulan puasa," prediksi Ikhsan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie