Harga 'tanah langka' China melonjak pasca diisukan digunakan dalam perang dagang



KONTAN.CO.ID -  BEIJING. Strategi China memanfaatkan mineral langka yang dikenal dengan tanah langka (rare earth) dalam perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) telah membuat harga mineral langka ini melambung tinggi. Sebab selama ini, Beijing menjadi pemasok sekitar 80% logam tanah langka ini ke pasar AS.

Mineral atau tanah langka ini mengandung 17 elemen yang dapat digunakan dalam berbagai produk. Mulai produk laser dan peralatan militer hingga magnet yang ditemukan pada barang-barang elektronik konsumen.

Direktur Pelaksana Adamas Intelligence, Ryan Castilloux, yang merupakan lembaga konsultasi yang melacak pasar tanah langka mengatakan, mineral langka ini adalah bahan baku yang ideal untuk persenjataan karena sangat penting. "Untuk itu permintaannya sangat tinggi, sangat kompetitif dan industri sangat sensitif terhadap harganya," ujarnya seperti dilansir Reuters, Kamis (6/6).


Spekulasi bahwa China mungkin saja menggunakan tanah langka sebagai senjata perang dagangnya timbul setelah Presiden China Xi Jinping mengunjungi pabrik tanah langka pada 20 Mei 2019 lalu.  Pasca media pemerintah memberitakan kunjungan dan spekulasi tersebut, harga mineral langka ini naik hampir 14% sejak itu.

Tanah langka ini digunakan dalam sejumlah produk seperti pembuatan logam disprosium yang digunakan dalam magnet, lampu bertenaga tinggi, dan batang kendali nuklir, telah mengalami kenaikan tinggi.  Menurut Asian Metal harga logam tersebut saat ini sebesar CHY 2.025 (US$ 292,98) per kilogram (kg). Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juni 2015.

Tanah langka juga digunakan untuk logam neodymium, untuk produksi beberapa mganet yang digunakan dalam motor dan turbin.  Masih menurut Asia Metal, harga logam ini telah naik ke level tertinggi sejak Juli tahun lalu menjadi US$ 63,25 per kg atau  naik sekitar 30% sejak 20 Mei 2019.

Asian Metal adalah lembaga riset dan pelaporan harga yang mencakup unsur tanah jarang.

Editor: Noverius Laoli