JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) boleh jadi memiliki modal cukup kuat menghadapi tantangan di bisnis properti, tahun ini. Pengetatan uang muka kredit perumahan oleh Bank Indonesia (BI), bisa menjadi sentimen negatif industri properti. Namun, dengan pemilihan strategi bisnis yang tepat, efek aturan yang berlaku mulai Juni 2012 itu mungkin bisa diantisipasi oleh emiten.SMRA tetap menargetkan marketing sales sebesar Rp 3,5 triliun, tahun ini. Target itu naik 52% dari capaian tahun lalu. Optimisme SMRA tidak lepas dari capaian kinerja sejauh ini. Sampai Mei lalu, 60% target penjualan mereka sudah tercapai setara Rp 2,1 triliun. Ini didukung oleh kenaikan harga tanah yang tinggi dan lajunya permintaan konsumen di tiga proyek SMRA. Yaitu, di Serpong, Kelapa Gading, dan Bekasi.
Harga tanah naik kencang, SMRA senang
JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) boleh jadi memiliki modal cukup kuat menghadapi tantangan di bisnis properti, tahun ini. Pengetatan uang muka kredit perumahan oleh Bank Indonesia (BI), bisa menjadi sentimen negatif industri properti. Namun, dengan pemilihan strategi bisnis yang tepat, efek aturan yang berlaku mulai Juni 2012 itu mungkin bisa diantisipasi oleh emiten.SMRA tetap menargetkan marketing sales sebesar Rp 3,5 triliun, tahun ini. Target itu naik 52% dari capaian tahun lalu. Optimisme SMRA tidak lepas dari capaian kinerja sejauh ini. Sampai Mei lalu, 60% target penjualan mereka sudah tercapai setara Rp 2,1 triliun. Ini didukung oleh kenaikan harga tanah yang tinggi dan lajunya permintaan konsumen di tiga proyek SMRA. Yaitu, di Serpong, Kelapa Gading, dan Bekasi.