Harga TBS sawit di Riau tahun lalu lebih tinggi



PEKANBARU. Harga tandan buah segar (TBS) CPO Riau sepanjang tahun 2014 mencapai harga tertinggi atau rata-rata sebesar Rp1.831,85 per kilogram, lebih tinggi Rp 303,05/Kg dibandingkan harga selama 2013 yang sebesar Rp 1.526,8/Kg.

"Harga TBS CPO tahun 2014 itu konstan di atas angka harapan petani kelapa sawit kita sebesar Rp 1.500/Kg, secara linier meningkat dari tahun 2013," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, H Zulher MS, di Pekanbaru, Senin.

Menurut Zulher, sepanjang tahun 2014 banyak persoalan yang memengaruhi harga TBS CPO Riau antara lain perlambatan ekonomi dunia, tahun politik hingga hantaman negatif industri kelapa sawit.


Namun demikian, katanya, harga TBS CPO Riau tetap kuat dan stabil pada harga yang tinggi.

"Bersamaan dengan itu, untuk umur tiga tahun TBS CPO Riau tercatat Rp 1.312,42/Kg, dengan harga CPO yakni R p8.293,96/Kg, dan PKO Rp 5.257,51/Kg," katanya.

Ia memandang bahwa pergerakan fluktuatif harga TBS CPO Riau tersebut dipicu oleh kampanye negatif yang dilakukan oleh sekelompok komunitas yang menginginkan turunan kelapa sawit yang tidak dibeli oleh konsumen global.

Oleh beberapa kalangan, ujar Zulher, kampanye tersebut dipandang dari dua sisi yang berbeda. Satu pihak menyatakan bahwa isu yang digulirkan adalah upaya untuk pelestarian lingkungan yang lestari. Hal itu, katanya, karena agro industri kelapa sawit masih belum ramah lingkungan.

"Akan tetapi pada sisi lain, banyak yang menganggap bahwa kampanye itu diprovokasi oleh pihak yang merasa tersaingi, merasa akan kehilangan pamor jika kelapa sawit 'naik daun' atau populer di mata dunia," katanya.

Sementara itu negara penghasil turunan kelapa sawit menyatakan bahwa mereka telah melakukan usaha dengan konsep kelestarian lingkungan. Penghasil turunan kelapa sawit yang dimotori oleh Indonesia dan Malaysia telah mendirikan Roundtable Suistainable Palm Oil (RSPO) untuk meyertifikatkan perusahaan kelapa sawit yang akan mengekspor CPO dan turunan kelapa sawit lainnya.

Bahkan, Indonesia lebih maju lagi, dengan mendirikan Indonesian Suistainable Palm Oil (ISPO) untuk menyertifikatkan perusahaan dan pekebun agar sesuai dengan prinsip "green industry".

Sebaliknya isu menurut negara penghasil kelapa sawit, menyatakan bahwa subsektor perkebunan non kelapa sawit yang berbasiskan minyak nabati seperti kacang kedelai dan biji bunga matahari jauh lebih tidak ramah lingkungan. Hal itu didasarkan oleh kemampuan tumbuhan kedelai dan biji bunga matahari untuk menghasilkan oksigen dan mengolah karbondioksida (CO2) masih di bawah kelapa sawit. Sedangkan untuk penyerapan air, maka kedelai lebih tinggi dari kelapa sawit.

Namun demikian Zulher optimistis harga TBS CPO Riau ke depan akan terus tinggi dan bahkan cenderung meningkat.

"Kita yakin ke depan harga TBS akan terus meningkat. Apalagi banyak potensi yang dapat kita gali dari subsektor perkebunan kelapa sawit seperti energi listrik, biodiesel, perabot, sumber pakan ternak dan lainnya," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa