KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui harga tandan buah segar (TBS) masih berada dalam tekanan. Menurut Luhut, salah satu hal itu karena Ukraina kembali membuka ekspor minyak nabati dari biji bunga matahari. "Memang tak gampang naikkan harga TBS itu kan selama ini harga minyak di Ukraina, minyak
sunflower itu kan sudah lama tak terekspor berapa bulan tuh? 4-5 bulan kan. Sekarang dia turunin pajak, dia bawa ekspor pengaruh lah ke yang lain," kata Luhut di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (7/7).
Luhut mengatakan, hal tersebut telah disampaikan kepada petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo).
Baca Juga: Mempercepat Ekspor CPO Saat Harga Belum Turun Luhut belum bisa memastikan kapan harga TBS akan kembali naik. Sebab, hal ini juga dipengaruhi kondisi ekonomi global. "Nggak bisa omong sekarang, kita harus lihat Ukraina, dia kan cadangan
sunflower-nya gede sekali tuh nggak terekspor kan. Sekarang dibuka, pajaknya dikurangi dia," ungkap Luhut. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya akan memberikan relaksasi kuota ekspor. Hal ini untuk mengatasi penurunan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di dalam negeri. Kebijakan terbaru ini memungkinkan perusahaan untuk mengekspor CPO tujuh kali lebih banyak dari kewajiban pasokan domestik (DMO) yang sudah disetorkan.
Baca Juga: Produktivitas Sawit Rendah, Kementan akan Uji DNA Benih Peremajaan Sawit Rakyat Hal ini diharapkan dapat mempercepat ekspor. “Nanti dengan menaikkan skema kalau kemarin DMO 1:5 sekarang 1:7,” kata Zulhas.
Senada, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengatakan, skema tersebut menjadi upaya untuk mendongkrak harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit, yang sebelumnya anjlok dan dikeluhkan oleh petani. “Perubahan rasio satu banding lima menjadi satu banding tujuh ini juga untuk mempercepat ekspor CPO. Sebab, imbas dari larangan ekspor beberapa waktu lalu membuat pasokan CPO menumpuk dan memenuhi tangki-tangki produsen. Kondisi ini membuat sawit petani tidak terserap dan harga menjadi turun,” ungkap Edy. Selain itu, papar Edy, pemerintah juga melanjutkan mekanisme Flash Out (FO) untuk percepatan penyaluran ekspor CPO. Mekanisme ini, diterapkan kepada eksportir yang tidak tergabung dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli