Harga teh murah, petani dibayangi tawaran penjualan lahan ke juragan villa



BATANG. Petani teh banyak yang mengeluhkan harga teh yang terlalu murah. Suratno, Ketua Koperasi Petani Teh "Mekar Jaya" Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengatakan harga teh yang diterima petani hanya Rp 1.250/kilogram (kg). Dari harga itu, sekitar seperempatnya atau Rp 350 digunakan untuk membayar upah pemetik teh. "Saya sendiri hanya mendapatkan sekitar Rp 900/kg," ujar Suratno, kepada KONTAN, di Batang, belum lama ini. Tingkat harga sekecil itu cukup memberatkan petani, terlebih harga pupuk terus meningkat. Suratno bilang, harga pupuk sekarang sudah menyentuh Rp 160.000/kuintal atau Rp 1.600/kg. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya harganya masih di kisaran Rp 120.000/kuintal atau Rp 1.200/kg. Sementara kebutuhan pupuk per tahunnya mencapai sekitar 2,5 kuintal/hektare. Suratno berharap harga teh yang diterima petani minimal sebesar Rp 2.000/kg. Pada tingkat harga sebesar itu, petani baru mendapatkan keuntungan setimpal dari usaha menanam teh. "Upah pemetik teh pun bisa naik dari Rp 350/kg seperti sekarang menjadi Rp 500-Rp 600/kg," kata Suratno. Endang Sopari, Wakil Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo), mengatakan harga teh yang rendah bukan hanya terjadi di Batang saja. Di Jawa Barat (Jabar), harga teh memang lebih tinggi yaitu sekitar Rp 1.600-Rp 1.700/kg. Namun, tingkat harga seperti itu tetap saja belum memuaskan petani yang menginginkan harga teh minimal Rp 2.000/kg. Harga teh yang rendah ini berimplikasi cukup besar terutama pada semangat petani untuk menanam teh. Banyak petani terutama di Jawa Barat yang merasa tidak mendapatkan keuntungan setimpal dari menanam teh. Akibatnya fatal, mereka frustrasi dan menjual lahan perkebunan tehnya kepada pengembang villa dan bangunan fisik lainnya. "Imbasnya, setiap tahun lahan teh berkurang sekitar 3.000 hektare," kata Endang kepada KONTAN. Rachmat Gunadi, Direktur Utama PT Pagilaran, perusahaan perkebunan yang menaungi Koperasi "Mekar Jaya", mengatakan pihaknya tidak berani memberikan harga yang lebih tinggi dari harga sekarang karena kualitas teh petani memang kurang bagus. Menurutnya, pucuk teh yang bisa dikatakan bagus itu mempunyai rumus P+2, artinya satu pucuk plus 2 daun. Kenyataannya, pucuk teh dari petani di sana kebanyakan terdiri dari 1 pucuk dan 6 daun. Petani diklaim sengaja memetik teh seperti agar menambah bobot teh saat ditimbang. "Kalau begini, kualitasnya jelek. Kami tidak berani kasih harga tinggi," jelas Rachmat selepas peluncuran Sertifikat Teh Lestari, di Batang, belum lama ini. Rachmat bilang, perusahaan sebenarnya berani memberikan harga teh Rp 1.700/kg-Rp 2.000/kg jika kualitas teh dari petani memang bagus. Perusahaan mengharapkan petani terus meningkatkan kualitas tehnya agar mendapatkan harga yang lebih tinggi. Kalau kualitasnya bagus, kami pasti memberikan harga yang lebih tinggi," tandas Rachmat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: