Harga Tembaga Anjlok Setelah Mencapai Level Tertinggi Dalam Empat Bulan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga anjlok pada awal pekan ini. Investor membukukan keuntungan karena logam tersebut berada di jalur kenaikan bulanan terbesar sejak April setelah serangkaian langkah stimulus di konsumen logam utama China.

Harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 1,3% menjadi US$ 9.847,50 per metrik ton pada Senin (30/9) pukul 22.10 WIB. Harga tembaga ini turun setelah mencapai US$ 10.158 per metrik ton yang merupakan level tertinggi sejak 7 Juni. Logam tersebut, yang digunakan dalam pembangkit listrik dan konstruksi, naik 6,6% sejak awal September.

Pasar saham China melonjak pada hari Senin (30/9) karena bank sentral China mengatakan akan mendesak perbankan untuk menurunkan suku bunga hipotek untuk pinjaman rumah yang ada sebelum 31 Oktober. Stimulus ini merupakan bagian dari kebijakan menyeluruh untuk mendukung pasar properti China yang tertekan.


"Kenaikan harga sekali lagi berisiko melampaui fundamental. Selain itu, likuiditas mungkin rendah karena libur golden week di Tiongkok dan LME Week," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Stimulus China Berpotensi Angkat Harga Logam Industri, Begini Prospeknya Akhir Tahun

LME Week, pertemuan tahunan para pelaku industri logam di London, dimulai pada hari Senin. Akhir kuartal kalender, saat beberapa investor menyelesaikan pembukuan mereka, bertepatan pada hari Senin dengan hari perdagangan terakhir di China sebelum libur Golden Week selama seminggu.

Tembaga memperoleh 46% suara dalam jajak pendapat informal di Seminar LME hari Senin tentang logam dasar mana yang kemungkinan besar akan mengalami kenaikan paling besar.

Sementara itu, surplus global naik menjadi 527.000 ton tembaga pada Januari-Juli dari 79.000 ton setahun sebelumnya, menurut International Copper Study Group.

Baca Juga: Harga Aluminium Sentuh Level Tertinggi 16 Minggu, Dipicu Stimulus Ekonomi China

Dalam hal prospek permintaan jangka panjang, raksasa pertambangan BHP mengatakan dunia akan mengonsumsi tambahan 1 juta ton tembaga per tahun rata-rata hingga 2035. Di sisi pasokan, Codelco dari Chili mengatakan produksi dan belanja modalnya akan meningkat pada 2025.

Harga Nikel LME naik 2,7% menjadi US$ 17.445 per ton, harga seng naik 0,3% menjadi US$ 3.099 per ton, dan timbal turun 1,2% menjadi US$ 2.095 per ton. Sementara harga timah naik 1,3% menjadi US$ 33.350 dan harga aluminium turun 1,2% menjadi US$ 2.615,50 per ton.

Seng mendapat dukungan tambahan setelah International Lead and Zinc Study Group mengatakan pasar berada di jalur defisit tahun ini alih-alih surplus yang diharapkan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati