Harga tembaga bangkit mendahului timah



JAKARTA. Harga tembaga membuntuti proyeksi ekonomi China yang cerah. Perdana Menteri China, Wen Jiabao, pekan lalu, menyatakan niat pemerintah negeri itu untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.Setelah pernyataan Wen beredar di pasar, harga tembaga langsung naik tipis, 0,2%, menjadi US$ 350,95 per ton, kemarin (22/5), di bursa berjangka. Charlie Sartain, Chief Executive Officer (CEO) Zug, perusahaan tembaga di Swiss, menilai, pernyataan Wen positif, dan bisa mengangkat harga tembaga. Peningkatan permintaan terhadap peralatan rumah tangga, yang terbuat dari tembaga, diramalkan, akan naik, begitu China menggelontorkan stimulus. “Dalam dekade ini pasar tembaga mengalami kondisi yang sulit, tapi ekonomi China masih cukup kuat,” tutur Sartain. Ia menambahkan, tingginya biaya produksi tambang baru, akan menjaga pasokan yang beredar. Ujung-ujungnya, harga tembaga akan terkawal, di masa mendatang.Menurut prediksi Sartain, produksi tembaga akan melonjak lebih dari 60% per tahun hingga mencapai 1,5 juta ton pada 2015 mendatang. Xstrata Plc, produsen tembaga terbesar keempat di dunia, berharap permintaan tembaga di Cina segera pulih pada semester kedua tahun ini. Permintaan di China penting karena Negeri Tembok Raksasa itu merupakan pengguna tembaga terbesar di dunia. Xstrata berharap produksinya sepanjang tahun ini, sama seperti tahun lalu, yaitu 889.000 ton.Kiswoyo Adi Joe, analis Askap Futures, menyebut, indikator teknikal memperlihatkan tembaga punya peluang untuk menguat. Stochastic masih cenderung uptrend, karena baru saja menunjukkan pola golden cross, yang berarti potensi penguatan.Moving Average Converge Divergence (MACD) sudah mulai bergerak ke atas. “Kisaran harga tembaga, pekan ini, US$ 356-US$ 347 per ton. Yang penting, tembaga tidak break hingga di atas US$ 347 per ton,” ujar dia.Logam dasar yang lain, timah, gagal menguat. Harga timah, Selasa (22/5), turun 2% menjadi US$ 19.221 per ton. Pelemahan itu menempatkan timah sebagai komoditas logam dengan kinerja harga terburuk di bulan ini.Harga timah melandai, kendati cadangan timah yang tersedia masih di bawah permintaan. Jika dihitung secara golbal, persediaan timah di tahun ini terancam melandai karena kegiatan produksi di Peru dan Kongo, terganggu.Kiswoyo optimistis, timah akan menyusul tembaga, terangkat oleh sentimen positif dari China. Rencana penyaluran stimulus di Jepang, juga mencerahkan prospek timah. “Kalau negara-negara maju mengeluarkan stimulus, komoditas akan naik, karena pemodal tidak mau pegang uang cash,” ujar Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini