JAKARTA. Harga tembaga masih terus melanjutkan pendakian. Namun, guncangan harga masih mengintai logam ini. Mengutip Bloomberg, Rabu (13/5) pukul 11.00 WIB, pengiriman tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 6.440 per metrik ton. Harga melesat 1,1% dibanding hari sebelumnya. Sementara dalam sepekan, tembaga naik 0,78%. Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka menjelaskan, kenaikan harga tembaga dipicu oleh pemangkasan suku bunga China sebesar 25 basis poin menjadi 5,1%. Hal ini diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu, sehingga permintaan terhadap tembaga dapat meningkat.
"Namun, kenaikan ini hanya bersifat sementara. Sebab, pelaku pasar merespons negatif data produksi industri China yang dirilis di bawah ekspektasi," terang Ibrahim. Untuk diketahui, produksi industri China bulan April year on year dirilis tumbuh 5,9%. Angka ini lebih rendah dibandingkan ekspektasi sebesar 6,1%. Pertumbuhan industri yang lebih rendah ini membebani laju tembaga. Di tambah lagi, pelaku pasar akan menanti data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS). Ibrahim bilang, tingkat pengangguran AS diperkirakan akan menurun. Apabila rilis data ini sesuai dengan prediksi, maka ada harapan bagi dollar AS kembali menguat. Selain itu, spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) akan kembali mengemuka. Ini tentu berdampak negatif pada harga tembaga. Namun, meski demikian, terdapat faktor lain yang turut menyumbang tenaga bagi tembaga. Menurut Ibrahim, kondisi perekonomian Eropa diharapkan sedikit pulih pasca Bank Sentral Eropa (ECB) rutin menggelontorkan stimulus moneter. Pertumbuhan ekonomi Eropa tahun ini ditargetkan bisa tumbuh hingga 1,5%.