Harga tembaga cenderung turun



JAKARTA. Harga tembaga tertekan. Rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang belakangan ini membaik, memicu spekulasi pasar bahwa stimulus moneter AS akan dikurangi dalam waktu dekat. Spekulasi ini menekan harga tembaga ke level terendah dalam sepekan terakhir.

Harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan ke depan di London Metal Exchange (LME), Selasa (3/12), bertengger di level US$ 6. 960 per metrik ton atau melemah 0,21% dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga tembaga turun 1,95%.

Sejumlah data ekonomi penting AS yang mempengaruhi arah kebijakan moneter AS belakangan ini membaik. Dari sektor manufaktur, misalnya, dilaporkan bahwa indeks manufaktur PMI bulan November 2013 sebesar 58,4, atau naik dibandingkan Oktober yang hanya 56.


Tetsu Emori, Fund Manager dari Astmax Asset Management Inc, Tokyo mengatakan, perkembangan positif proses perbaikan ekonomi AS tersebut justru berdampak buruk pada pergerakan harga logam. "Karena perbaikan data ekonomi akan semakin mempercepat proses pengurangan stimulus moneter AS, dan itu menekan harga tembaga," katanya kepada Bloomberg.

Juni Sutikno, analis Philip Futures mengatakan, pelemahan harga tembaga juga dipicu oleh pelemahan harga komoditas logam industri secara keseluruhan. Tekanan lain datang dari kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan tembaga dunia.

Kekhawatiran ini mucul terkait proses pemulihan ekonomi global yang masih muram. "Tapi, saya kira sampai beberapa waktu ke depan, harga akan stabil sambil menunggu hasil pertemuan The Fed," kata Juni.

Secara teknikal, Juni bilang, seminggu ke depan harga tembaga akan cenderung bergerak datar. Pergerakan ini bisa dibaca dari stochastic yang beberapa waktu bergerak datar di kisaran 41-46. Sinyal datar juga ditunjukkan oleh relative strength index (RSI) yang sejak 30 Juli hanya bergerak di kisaran 39-47. Moving average (MA) 50 dan MA 100 yang hampir bersilangan memperkuat sinyal ini.

Juni memperkirakan, sepekan ke depan, harga tembaga akan bergerak datar di kisaran US$ 6.900-US$ 7.000 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati