KONTAN.CO.ID. Harga tembaga kembali mencetak rekor pada Senin (8/12/2025) seiring melemahnya dolar AS menjelang pertemuan Federal Reserve pekan ini, yang memicu aksi beli baru di pasar. Sentimen juga ditopang oleh kekhawatiran defisit pasokan global dalam beberapa tahun mendatang. Melansir
Reuters, harga tembaga acuan di London Metal Exchange (LME) naik 0,3% menjadi US$ 11.657 per ton pada pukul 10.57 GMT, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di US$ 11.771 per ton. Sejak awal tahun, harga tembaga telah melonjak lebih dari 30%.
Baca Juga: Trump Tekan The Fed Pangkas Suku Bunga, Risiko Inflasi Mengintai Ekspektasi bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga turut menekan nilai dolar. Melemahnya dolar membuat komoditas berdenominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga mendorong dana-dana kuantitatif untuk meningkatkan posisi beli berdasarkan sinyal model perdagangan mereka. Kekhawatiran Kekurangan Pasokan Prospek defisit pasokan semakin menguat karena sejumlah gangguan produksi tambang dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu yang paling signifikan adalah insiden di tambang Grasberg milik Freeport-McMoRan di Indonesia. Selain itu, pasokan global kian mengetat akibat arus pengiriman tembaga ke Amerika Serikat sejak Maret, didorong premi harga yang lebih tinggi di bursa Comex menjelang rencana penerapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Thailand Serang Kamboja, Ribuan Warga Dievakuasi di Tengah Konflik Perbatasan Meski tembaga olahan akhirnya mendapat pengecualian dari tarif 50% yang berlaku per 1 Agustus, kebijakan bea masuk untuk logam yang digunakan dalam industri tenaga dan konstruksi masih dalam proses evaluasi. Pemerintah AS dijadwalkan mengumumkan pembaruan kebijakan tersebut pada Juni mendatang. Stok Melonjak di AS, Ketat di Negara Lain Persediaan tembaga di gudang Comex mencapai rekor 436.853 ton pendek (setara 396.306 ton) pada Jumat, melonjak lebih dari 300% sejak Maret. Analis Macquarie memperkirakan terdapat tambahan sekitar 335.000 ton stok yang tidak tercatat di luar bursa di AS.
Baca Juga: Dolar AS Melemah Jelang Pertemuan The Fed "Angka ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sekitar 420.000 ton karena lebih banyak metal yang dialihkan ke gudang Comex dan impor November lebih kecil dari pola biasanya sebelum implementasi Section 232," kata Macquarie. Menurut mereka, jika sebagian dari stok tersebut merupakan pemindahan dari persediaan lama, pasar sebenarnya menunjukkan surplus 400.000–600.000 ton sejak awal tahun. “Masalahnya, sebagian besar surplus itu berada di AS, menciptakan kondisi tightness buatan di wilayah lain,” tulis laporan tersebut. Aksi Harga Logam Lain
Di pasar logam dasar lainnya, harga aluminium turun 0,1% menjadi US$ 2.895 per ton. Harga seng naik 0.4% ke US$ 3.110, timbal menguat 0,4% menjadi US$ 2.011, timah naik 0,3% ke US$ 40.175, sementara nikel melemah 0,1% menjadi US$ 14.930.