KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga berada di jalur penurunan mingguan terbesar dalam empat minggu terakhir akibat reli dolar Amerika Serikat (AS) dan karena sentimen risk-off yang merembet ke pasar ekuitas. Melansir Reuters, harga tembaga acuan kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,8% menjadi US$8.257 per ton pada pukul 0744 GMT. Secara mingguan, kontrak tersebut turun 2,9%. Kontrak tembaga untuk pengiriman Oktober yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SFE) turun 0,6% menjadi 68.750 yuan (US$9.358,07) per ton. Kontrak tersebut turun 0,9% dari minggu ke minggu.
Asal tahu, dolar AS sedang menuju kenaikan mingguan terpanjang dalam sembilan tahun terakhir. Kondisi ini membuat logam-logam yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Baca Juga: Sri Mulyani Keluhkan Sulitnya Prediksi Harga Komoditas Pangan dan Energi Global Pasar saham di pusat keuangan Asia, Hong Kong, ditutup setelah kota ini mengalami hujan paling ekstrem yang pernah tercatat. "Logam-logam mengikuti sentimen penghindaran risiko secara global. Karena topan, Hong Kong ditutup. Jadi kami menghindari penurunan ekuitas," kata seorang pedagang logam. Aluminium LME turun 0,8% menjadi US$2.178 per ton, nikel turun 0,7% menjadi US$20.340, seng turun 1,3% menjadi US$2.448,50, timbal turun 0,6% menjadi US$2.217, dan timah turun 1,7% menjadi US$25.650. Aluminium SHFE turun 1% menjadi 18.965 yuan per ton, nikel turun 1,6% menjadi 166.220 yuan, timah turun 1,5% menjadi 218.600 yuan, sementara timah naik 0,6% menjadi 17.025 yuan. Seng SHFE mencapai level tertinggi sejak 19 April sebesar 21.625 yuan per ton.