KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamis (21/12) pukul 20.57 WIB, harga tembaga kontrak Maret 2024 di Commodity Exchange menguat 0,35% ke US$ 3,92 per pound. Harga tembaga ini hanya menguat 4,81% sejak awal tahun. Harga tembaga pada tahun depan diproyeksi akan kembali di atas US$ 4,3 per pound hingga US$ 4,5 per pound, atau naik 10%. Analis Pasar Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong memperkirakan, kenaikan tersebut karena adanya pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Dolar AS melemah karena ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve. "Sentimen positif tersebut juga bukan hanya tembaga, namun logam industri lainnya seperti timah dan aluminium," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12).
Lukman menambahkan bahwa harga tembaga masih akan terus didukung oleh ekspektasi
supply constrain alias hambatan pasokan di masa depan. Sedangkan untuk sentimen yang membuat harga tembaga diproyeksi naik pada tahun depan adalah ekspektasi penurunan suku bunga secara global. "Bank-bank sentral akan mulai melonggarkan kebijakan dengan pemangkasan suku bunga. Hal ini diharapkan akan mendukung perekonomian dunia, dan permintaan komoditas akan meningkat," kata dia.
Baca Juga: Dolar AS Berpotensi Turun, Emas Bakal Jadi Sorotan di Tahun 2024 Sementara itu, analis komoditas sekaligus Direktur at PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga memproyeksi adanya kenaikan harga tembaga yang mencapai US$ 4,1 per pound pada 2024 mendatang. Ibrahin mengatakan, kenaikan harga tembaga pada 2024 karena didukung oleh potensi permintaan tembaga yang juga turut meningkat. Hal itu terlihat dari proyeksi Asian Development Bank (ADB) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi China mencapai 5% pada 2024. "Kemudian pertumbuhan ekonomi global juga diprediksi pada tahun depan akan lebih kuat dibandingkan dengan 2023," ujar dia kepada Kontan.co.id Kamis, (21/12). Ibrahim menambahkan bahwa perdagangan komoditas tembaga juga akan terkerek oleh pelemahan dolar AS yang kemungkinan bakal memengaruhi permintaan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tembaga sebagai bahan baku utama produknya.
Baca Juga: Harga Batubara Diramal Kembali Tertekan pada Tahun Depan Bahkan dia menyebutkan, bahwa
outlook pasar tembaga ke depan masih akan terus bertumbuh, meski diprediksi adanya penurunan produksi akibat penutupan tambang di Panama dan pengurangan produksi oleh Anglo American.
Menurut dia, hal tersebut disebabkan karena adanya konflik perang dunia yang terjadi di Rusia-Ukraina, dan juga Israel-Hamas yang terjadi belakangan ini. Sehingga menimbulkan nilai positif terhadap permintaan tembaga ke depan, dengan catatan jika ada perdamaian dalam waktu dekat. “Karena adanya perang ini berperan sangat besar, mereka membutuhkan bahan dasar tembaga untuk pembangunan," ujar dia. Ibrahim juga menilai, bahwa perusahaan tidak terlalu mencemaskan pasokan tembaga akibat penutupan tambang yang terjadi belakangan ini, serta proyeksi pengurangan produksi tembaga yang akan mengakibatkan kenaikan harga tembaga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati