Harga tembaga loyo ditekan dollar AS



JAKARTA. Tembaga memperpanjang kerugian karena dollar AS menguat terhadap euro pasca pemilu di Yunani. Kemenangan partai oposisi Yunani, Partai Syriza memicu kekhawatiran bahwa Yunani akan keluar dari Zona Eropa.

Mengutip Bloomberg, Jumat (23/1), kontrak pengiriman tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 5.519,50 per metrik ton. Harga tergerus 2,5% dibanding hari sebelumnya. Penutupan Jumat (23/1) merupakan level harga terendah sejak Juli 2009. Harga terus menurun selama enam minggu. Dalam sepekan, harga tembaga 2,6%.

Di New York, tembaga pengiriman Maret 2015 di Commodity Exchange turun 0,9% menjadi US$ 2.4785 per pon. Sementara pengiriman tembaga periode yang sama di dalam Shanghai turun 2,4% menjadi 40.040 yuan atau setara US$ 6.404 per metrik ton.


Seperti diketahui, partai Syriza menganut prinsip anti penghematan anggaran. Syriza akan negosiasi ulang kewajiban utang Yunani terhadap IMF dan ECB. Kemenangan Partai Syriza memicu kecemasan pelaku pasar, sehingga dollar kembali ke level tertinggi dalam lebih dari 11 tahun terhadap euro.

“Penguatan dollar membebani harga logam. Harga akan terus menukik lebih rendah. Sebab, pelaku pasar masih mencari harga yang lebih rendah sebelum membeli,” kata Chae Un Soo, trader logam Korea Exchange Bank Futures Co di Seoul.

Tembaga telah anjlok sebesar 13% pada bulan ini di tengah kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi China, pengguna tembaga terbesar di dunia.

Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, penurunan harga tembaga terutama disebabkan oleh penguatan dollar AS yang begitu tajam.

Indeks dollar pada Senin (26/1) pukul 15.00 telah menyentuh level 95,37. Level ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Akibatnya, seluruh harga komoditas, termasuk tembaga yang berdenominasi dollar AS jatuh serempak.

Ibrahim bilang, melesatnya indeks dollar dipicu oleh hasil pemilu Yunani yang dimenangkan oleh partai Syriza. Pelaku pasar khawatir kemenangan Partai Syriza ini akan diikuti oleh keluarnya Yunani dari Zona Eropa. Kondisi ini memunculkan ketidakpastian di pasar, sehingga pelaku pasar berbondong-bondong mengalihkan aset mereka ke mata uang aman seperti dollar AS. Di sisi lain, kebijakan bank Sentral Eropa (ECB) yang akan membanjiri likuiditas global dengan stimulus moneter dengan total € 1,1 triliun turut mengukuhkan posisi dollar AS terhadap euro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia