Harga tembaga masih berpeluang melemah



JAKARTA. Harga komoditas tembaga akhirnya kembali rebound setelah mengalami koreksi pada Rabu (11/1) lalu. Sayangnya analis melihat penguatan ini tidak akan berlangsung lama.

Ke depannya harga tembaga malah diproyeksikan bakal mengalami tertekan akibat memburuknya neraca perdagangan China.

Mengutip Bloomberg, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange pada Kamis (12/1) tercatat menguat 2,24% ke level US$ 5.842 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan harga sudah melambung hingga 4,7%.


Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka melihat penguatan yang dialami tembaga ini terjadi karena indeks dollar AS yang sempat mengalami koreksi ke level 101,78 pada Kamis (12/1). Greenback akhirnya melemah karena pernyataan Presiden AS terpilih Donald Trump pada Rabu (11/1).

Pasar kecewa karena keterangan pers yang disampaikan tidak memberi kejelasan mengenai kebijakan ekonominya. “Tapi setelah ini kemungkinan harga tembaga akan kembali mengalami pelemahan,” ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (12/1).

Menurut Ibrahim, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen pada Jumat (13/1) pagi telah berhasil membalikkan posisi indeks dollar.

Meski tak memastikan kapan kenaikan suku bunga The Fed akan dilakukan, tetapi keyakinannya terhadap perbaikan pasar tenaga kerja, upah dan inflasi AS telah menghilangkan kekhawatiran pasar. Kembalinya menguatnya indeks dollar diperkirakan akan kembali mendorong pelemahan harga tembaga.

Tak hanya itu, sajian data China yang memburuk juga akan diproyeksikan akan menekan harga tembaga. Neraca perdagangan negeri paman tirai bambu bulan Desember itu mengalami penurunan dari 298 miliar yuan menjadi 275 miliar yuan.

Ekspor China selama tahun 2016 mengalami penurunan sekitar 7,7% dan impor turun 5,5% dari tahun sebelumnya. “Setelah ini permintaan tembaga dari China pasti mengalami penurunan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto