JAKARTA. Harga tembaga kemarin berhasil rebound dari level terendah sejak Juli 2009. Namun harga masih berpeluang turun, mengingat fokus pasar kembali ke permintaan logam dari China menyusut. Mengutip Bloomberg, Kamis (20/8), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,4% ke level US$ 5.015 per metrik ton pada 03.22 siang waktu Hong Kong. Dalam sepekan harga sudah jatuh 3,27%. Ibrahim, Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka, menjelaskan, harga tembaga bangkit dari level terendah karena angka inflasi Amerika Serikat (AS) Juli 2015 tidak sesuai ekspektasi, yakni 0,2% atau lebih buruk dibandingkan bulan sebelumnya 0,3%.
Data inflasi menjadi salah satu pertimbangan The Fed dalam menaikkan suku bunga. Dalam rilis Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting Minutes, The Fed tidak menyebutkan kapan waktu kenaikan suku bunga. "Ini membuat harga komoditas naik, termasuk tembaga," ujar Ibrahim. The Fed kemungkinan menunda kenaikan suku bunga pada September karena mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi global, khususnya Tiongkok. "Fokus pasar benar-benar ke perekonomian China yang mengkhawatirkan," kata Ibrahim. Menurutnya, tren harga tembaga masih bearish sejak jatuhnya pasar saham Negeri Panda hingga 6%. Selain itu, data perdagangan China turun di level 0,3%. Pelaku pasar juga khawatir kebijakan Bank Sentral China (PBoC) mendevaluasi yuan memicu perang mata uang global. Catatan saja, China sebagai konsumen terbesar di dunia menyerap logam hampir 40%.