JAKARTA. Tarik menarik sentimen kembali melemahkan harga tembaga. Beban kian bertambah setelah ekspor China ikut menukik. Mengutip Bloomberg, Selasa (21/6) pukul 11.22 am di Shanghai kontrak harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,66% ke US$ 4.613 per metrik ton. Walau dalam sepekan terakhir harganya terbang 2,28%. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan, koreksi wajar terjadi setelah fluktuasi pasar jelang referendum Brexit cukup tinggi. Ini membuat pergerakan harga komoditas ikut terseret.
"Pasar jelas memilih aset safe haven seperti yen yang aman. Memegang atau bertransaksi komoditas sangat rentan,” kata Andri. Beban kian besar setelah ekspor tembaga China membengkak menjadi 125.981 ton di bulan Mei 2016. Sementara impor China turun dari April 2016 sebesar 377.120 ton menjadi 304.019 ton. Tingginya ekspor Negeri Tirai Bambu ini untuk mengempiskan pasokan dari para produsen. “Keadaan fundamental bagi tembaga saat ini sedang sulit ditambah lagi pasar global sedang goyah. Maka harga Rabu (22/6) akan tetap berpotensi tergores,” duga Andri. Terdekat, pasar akan menyoroti testimoni yang akan disampaikan Janet Yellen, Gubernur The Fed. Tapi jika pernyatan Yellen dovish maka harga naik akan sementara saja. Fokus pasar kini tertuju pada Brexit. Apapun hasil referendum nantinya pasti akan beri gejolak bagi harga komoditas. Sementara referendum tinggal dua hari lagi tidak heran katalis yang menaungi harga masih negatif. Menurut Andri, “Jika Inggris bertahan, pasar sesaat akan tenang, sementara kalau keluar jelas bisa tekan harga karena USD menguat,” paparnya. Maka selama belum ada kepastian harga akan bergerak di kisaran US$ 4.500 – US$ 4.700 per metrik ton.