KONTAN.CO.ID - Harga tembaga melonjak pada Senin (9/9), dipicu oleh harapan stimulus dari konsumen terbesar dunia, China. Selain itu juga data inventaris yang menunjukkan penurunan stok, menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan minggu ini. Para pedagang mengatakan bahwa pembelian di Bursa Logam London (LME) untuk memanfaatkan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan Bursa Berjangka Shanghai (ShFE) turut mendukung kenaikan harga tembaga.
Baca Juga: Logam Dasar Melemah Karena Pasar Kurangi Taruhan Ukuran Pemotongan Suku Bunga The Fed Harga tembaga acuan di LME naik 1,3% menjadi US$9.110 per ton dalam perdagangan resmi, dibandingkan dengan harga sekitar US$10.130 di ShFE. Selisih harga ini menciptakan peluang untuk perdagangan arbitrase. "Pembelian arbitrase memberikan dorongan dan data inflasi China membuat pasar kembali memikirkan stimulus," kata seorang pedagang logam, seraya menambahkan bahwa laporan inflasi AS yang dirilis Rabu akan menjadi faktor penting dalam keputusan suku bunga pada pertemuan Federal Reserve minggu depan. Pemotongan suku bunga The Fed akan membantu meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan, serta menekan nilai dolar AS, membuat logam berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Data terbaru menunjukkan bahwa deflasi harga produsen China memburuk pada bulan Agustus, mencerminkan ekonomi yang sedang kesulitan. Stok tembaga di gudang yang disetujui LME berada di sekitar 316.450 ton, mendekati level tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Baca Juga: Harga Tembaga Stabil Senin (2/9) Pagi, Pasar Menilai Prospek Pemotongan Suku Bunga AS Namun, kenaikan dalam pembatalan surat berharga (warrant) tembaga—logam yang dialokasikan untuk pengiriman—menjadi sekitar 11% dari total stok, menandakan bahwa persediaan tembaga mungkin akan menurun. Sebagian besar surat berharga tersebut telah dibatalkan di Korea Selatan, dan para pedagang memperkirakan tembaga akan menuju China dalam beberapa hari mendatang.
Permintaan tembaga yang lebih kuat dari China juga tercermin dari premi Yangshan sekitar US$62 per ton, yang sebelumnya berada pada diskon di bulan Juli. Sementara itu, fokus juga tertuju pada posisi berjangka besar di LME untuk membeli aluminium pada Oktober dan menjualnya pada November, yang telah menciptakan backwardation atau premi sekitar US$10 per ton untuk kontrak Oktober dibandingkan November. Sementara itu, harga aluminium tiga bulan turun 0,4% menjadi US$2.333 per ton. Logam lainnya, seng naik 0,6% menjadi US$2.733 per ton, timah turun 0,1% menjadi US$30.995, dan nikel tidak banyak berubah di US$15.885. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto