Harga tembaga menguat tipis, namun dinilai semu



JAKARTA. Memanasnya kondisi geopolitik mengangkat harga tembaga. Namun penguatan harga tembaga cenderung semu, kondisi fundamental akan kembali menyeret harga tembaga Mengutip Bloomberg, Selasa (9/6) pukul 10:39 waktu Hong Kong, harga nikel kotrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,2% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 5.958 per metrik ton. Selama sepekan harga turun 0,91%. Ibrahim Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka, menilai penguatan harga nikel disokong oleh spekulasi pasar terhadap memanasnya kembali kondisi geopolitik di Ukraina. “Diperkirakan ekspor dari Negara-negara pengekspor timah akan terhambat,” jelas Ibrahim. Selain itu rilis data inflasi China periode Mei 2015 yang mencatatkan penurunan menjadi 1,2%, merosot dari bulan sebelumnya sebesar 1,5%, turut berkontribusi terhadap penguatan harga tembaga. DIiperkirakan hal ini akan membuat Bank Sentral China (PBOC) berpikir ulang jika hendak kembali mengerek turun tingkat suku bunganya. Namun, Ibrahim menilai kondisi penguatan harga tembaga ini sebenarnya semu. Ia memprediksi harga tembaga kedepannya masih berada dalam tekanan atau akan turun, mengingat kondisi fundamental yang masih buruk. Ini setidaknya ditunjukkan oleh rilis data impor China pada Mei 2015, yang turun 18,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara ekspor juga turun 2,8%. Beruntung, neraca perdagangan China masih tercatat surplus US$ 59,1 milliar. Walhasil, data tersebut indikator bahwa permintaan logam China belum membaik. Perlu diketahui permintaan dari China merupakan barometer permintaan global, karena merupakan konsumen terbesar untuk komoditas logam termasuk tembaga. International Monetary Fund (IMF) pun ikut merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi China pada 2015 dari 7% menjadi 6,8%. Belum lagi data manufaktur China (HSBC final manufacturing PMI) periode Mei 2015 yang meski tercatat naik tipis menjadi 49,2, dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 49,1, dinilai masih buruk. Pasalnya indeks yang berada di bawah angka 50 menunjukkan kondisi Industri China yang berada dalam zona kontraksi. Tekanan pun datang dari makin kuatnya indeks dollar Amerika Serikat (AS) akibat makin solidnya data tenaga kerja. “Data tenaga kerja yang bagus membuat peluang kenaikan suku bunga The Fed makin besar,” kata. Jika The Fed memutuskan menaikkan suku bunga pada September tahun ini, ekonomi global Ibrahim memprediksi harga tembaga hari Rabu (10/6) akan mengalami penurunan. Penurunan pun diprediksi akan berlangsung sepekan kedepan. Kondisi ini pun di cerminkan oleh Indikator teknikal yang mendukung harga untuk turun. Ibrahim memaparkan moving average dan Bollinger band berada 30% persen di atas Bollinger bawah, mencerminkan harga masih lemah. Sementara Indikator stochastic 60 positif, relative strength index (RSI) 70% negatif, dan moving average convergence divergence (MACD) menunjukan level 60% positif. Ibrahim memperkirakan harga tembaga Rabu (10/6) akan bergerak dalam kisaran US$ 5.900 dan US$ 6.050 per metrik ton. Sementara selama sepekan harga akan bergerak dalam kisaran US$ 5800 – US$ 6060 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa